Rabu, 13 Januari 2016

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN !?

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN !?

Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.
Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka,
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.
Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.
Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namannya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.
Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”
Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang.
ijinkan aku datang ya Allah.
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”
"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya : Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati
kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
"Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.”
"Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah disinilah Hajiku
Ya Allah disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air matanya.
Fi kitab irsyadul ibad ila sabiila rosyad.
Tak bosan membaca kisah ini berulang utk mengingatkan diri sendiri saya berikan pada mereka.”
"Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi

Kisah Tiga Roti dan Tiga Batu Emas

 Kisah Tiga Roti dan Tiga Batu Emas

Wahb bin Munnabih adalah salah satu alim besar di zamannya. Lahir di masa pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Dengan begitu, ia termasuk generasitabi’in. Kelebihannya adalah kemampuannya dalam menganalisis kitab-kitab suci Ahlul Kitab. Dia sendiri pernah mengatakan, ‘Aku sudah membaca 30 kitab yang turun kepada 30 Nabi’. Ia juga terkenal dengan koleksi kisahnya tentang lika-liku hidup kaum Israil.  Selama 40 tahun, Wahb tidak pernah mencaci angin (karena memang ada larangan dari Rasul untuk mencaci angin). Selama 20 tahun, ia melakukan shalat Isya dan Shubuh dengan satu kali wudhu’. Sewaktu melaksanakan haji pada tahun 100 H, ia didatangi para ahli fiqh terkemuka saat itu, di antaranya adalah Atho’ dan Hasan al-Bashri.
Begitulah biografi singkat dari Wahb bin Munabbih, sebagaimana yang ditulis oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala’.
Nah, kali ini Wahb bin Munabbih akan bercerita kepada kita tentang kisah Nabi Isa dan Batu Emas. Nabi Isa adalah salah satu Nabi yang berasal dari kalangan Yahudi dan diutus kepada bangsa Yahudi. (Baca juga tulisan sebelumnya tentang turunnya Nabi Isa pada akhir zaman). 
Suatu hari Nabi Isa melakukan perjalanan ditemani seorang Yahudi. Nabi Isa membawa satu roti, sedangkan orang Yahudi membawa dua roti.
Sampai pada suatu tempat, Nabi Isa berkata, ‘Bagaimana kalau sekarang kita makan bersama?’ Yahudi itu menjawab, ‘Baiklah’. Tapi ketika ia mengetahui bahwa Nabi Isa hanya punya satu roti, ia menyesal. Dia berpikir bahwa satu rotinya akan dimakan oleh Nabi Isa. Ia tidak ingin hal itu terjadi.
Sebelum makan, Nabi Isa mencari tempat untuk berdoa. Di saat itu pula, orang Yahudi juga mencari tempat untuk makan satu rotinya secara diam-diam.
Tibalah waktunya makan. Masing-masing mengeluarkan makanannya. Ketika Nabi Isa melihat Yahudi hanya mengeluarkan satu roti, Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Di manakah satu roti lagi?’ Yahudi itu menjawab, ‘Saya hanya punya satu roti ini, kok’.
Lalu Nabi Isa makan satu roti dan orang Yahudi makan satu roti. Kemudian mereka pergi, meneruskan perjalanan.
Di perjalanan, mereka melewati sebuah pohon. Nabi Isa berkata kepada Yahudi, ‘Bagaimana kalau kita istirahat di bawah pohon ini, tidur sampai pagi hari?’ Yahudi itu berkata, ‘Baik, mari kita lakukan’. Mereka berdua tidur di bawah pohon itu sampai pagi hari.
Pagi hari, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan orang buta. Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Bagaimana kalau aku menyembuhkan matamu, sehingga Allah mengembalikan penglihatanmu, apakah engkau akan bersyukur kepada Allah?’ Orang buta itu menjawab, ‘Ya, tentu saja’.
Lalu Nabi Isa mengusap mata orang buta itu dan berdoa kepada Allah. Setelah itu, orang buta itu dapat melihat. Kemudian Nabi Isa berkata kepada orang Yahudi yang menemaninya, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan kepadamu bagaimana orang buta ini dapat melihat, apakah engkau punya satu roti lainnya?’ Yahudi itu menjawab, ‘Demi Tuhan, hanya ada satu roti’. Nabi Isa terdiam.
Mereka meneruskan perjalanan, hingga melewati seekor rusa. Lalu Nabi Isa memanggil rusa itu, kemudian menyembelihnya dan memakannya. Sehabis menikmati daging rusa, Nabi Isa berkata, ‘Wahai rusa, berdirilah dengan izin Allah’. Maka rusa itu kembali hidup, seperti sedia kala.
Yahudi itu berkata, ‘Mahasuci Allah’. Nabi Isa berkata, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang memakan roti ketiga itu?’ Orang Yahudi itu menjawab, ‘Hanya ada satu roti, sebagaimana yang sudah saya katakan’.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga tiba di sebuah perkampungan. Tak disangka, di dekat mereka ada tiga batu besar terbuat dari emas. Nabi Isa berkata, ‘Satu batu emas untukku, satu untukmu, dan satu lagi untuk orang yang punya roti ketiga’. Mendengar ucapan Nabi Isa, orang Yahudi berkata, ‘Akulah yang punya roti ketiga itu. Aku memakannya ketika engkau sedang berdoa’.
Nabi Isa berkata, ‘Kalau begitu, semua batu ini untukmu’. Lalu Nabi meninggalkan Yahudi itu.
Tinggallah orang Yahudi itu sendiri. Ia mencoba membawa tiga batu emas itu, namun ia tidak sanggup membawanya. Tidak lama kemudian, lewatlah tiga orang, lalu mereka membunuh Yahudi itu dan menguasai batu emasnya.
Tiga batu emas itu sungguh menggoda. Lalu dua orang di antara mereka berniat buruk kepada salah satunya. Lalu salah satunya berkata, ‘Pergilah engkau ke perkampungan terdekat. Belilah makanan untuk kita’. Setelah orang itu pergi, satu orang berkata, ‘Jika nanti ia datang, kita bunuh saja, dan emas ini kita bagi berdua’. Temannya setuju.
Sementara temannya yang sedang mencari makanan berkata dalam hati, ‘Nanti setelah membeli makanan, maka aku akan taburkan racun di dalam makanan itu agar mereka mati keracunan. Dengan begitu, aku sendiri yang menguasai batu emas itu’.
Sampailah orang itu dengan membawa makanan yang telah ditaburi racun. Lalu dua orang temannya langsung membunuhnya. Kemudian keduanya menikmati makanan itu. Tak lama kemudian, keduanya mati juga.
Setelah peristiwa itu, Nabi Isa melewati batu itu bersama para sahabatnya yang lain. Ketika ia melihat ada 4 orang mati di samping batu emas itu, ia berkata kepada para sahabatnya sambil menunjuk batu emas dan orang-orang yang mati itu, ‘Begitulah dunia memperlakukan penghuninya. Oleh karena itu, berhati-hatilah kalian’.
Pesan moral kisah ini sungguh jelas. Pertama, pilihlah teman perjalanan yang baik, apakah itu istri, suami, atau sahabat. Kedua, jangan berlaku culas terhadap teman perjalanan. Ketiga, jika hati terlalu terpikat dengan dunia, maka ia tidak akan sanggup menghadapi godaan dunia. Keempat, harta berpotensi untuk membuat gelap hidup. Demi harta, orang rela bunuh-membunuh. Inilah yang dimaksud Rasulullah ketika beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang aku kuatirkan terhadap kalian sesudahku adalah terbukanya sebagian kemewahan dan gemerlap dunia’ (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Yang membuat kita selamat di dunia adalah manakala kita menghiasi hidup kita dengan zikir (ingat, mawas diri) kepada Allah, menjadikan apapun sebagai sarana untuk dekat kepada Allah, mendekatkan diri dengan para ulama, dan terus belajar sepanjang hidup. Begitulah pesan Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.

Minggu, 10 Januari 2016

AMANAH DAN CINTA YANG RIDHA

AMANAH DAN CINTA YANG RIDHA
_____________________________
Seorang istri menangis ketika memandikan
jenazah suaminya .. sambil menangis istri
berkata,
" Inilah janji kami sebagai suami
istri... Jika abang pergi lebih dulu maka
engkaulah yang memandikan jenazah abang,
Andai engkau yang pergi dulu dari abang,
abang yang akan memandikan jenazahmu..."
Dari luar kamar jenazah rumah sakit, seorang
ustadz masuk dan bertanya apakah istrinya
mau memandikan jenazah suaminya... ustadz
tersebut kemudian bersama beberapa orang
menemani si istri memandikan jenazah
suaminya.
Dengan tenang istri membasuh muka
suaminya sambil berdoa,
"Inilah wajah suamiku
yang ku sayang tetapi Allah lebih sayang
padamu... Wahai suamiku... Semoga Allah
mengampuni dosa-dosamu dan menyatukan
kita di akhirat nanti..."
Saat membasuh tangan jenazah suaminya
sambil berkata...
"Tangan inilah yang mencari
rezeki yang halal untuk kami, masuk ke mulut
kami... semoga Allah beri pahala untukmu
wahai suamiku..."
Saat membasuh tubuh jenazah suaminya,
iapun berkata...
"Tubuh inilah yang memberi
pelukan kasih sayang padaku dan anak-
anakku..., semoga Allah beri pahala yang
berlipat-berganda untukmu wahai suamiku ..."
Kemudian saat membasuh kaki jenazah
suaminya, kembali ia berkata...
"Dengan kaki ini engkau keluar rumah mencari
rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari
semata-mata untuk mencari sesuap nasi,
terima kasih suamiku... semoga Allah
memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan
pahala yang berlipat kali ganda..."
Selesai memandikan jenazah suaminya, si
istri mengecup sayu suaminya dan berkata...
"Terima kasih suamiku... karena aku bahagia
sepanjang menjadi isterimu dan terlalu
bahagia... dan terima kasih karena
meninggalkan aku bersama permata hatimu
yang persis dirimu... dan aku sebagai seorang
istri ridha akan kepergianmu karena kasih
sayang Allah kepadamu..."
Subhanallah... Indahnya saling mencintai
karena Allah... meskipun terpisah sementara
di dunia tiada sesal karena yakin bahwa Allah
akan mempersatukan kembali di akhirat nanti.
Semoga Allah merahmati kita
__________0O0__________

Minggu, 29 Juni 2014

Membersihkan hati yang Kotor.

Membersihkan hati yang Kotor.

14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri nya,  15. dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.(Al A’laa 14-15)

qalbu 













Hati manusia itu diumpamakan sehelai kertas putih yang bersih, ketika dia berbuat dosa munculah sebuah titik hitam pada kertas itu. Ketika ia beristighfar dan mengerjakan shalat bintik hitam itupun hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap bersih selama ia tetap beristghfar dan mendirikan shalat. Jika ia tidak pernah beristighfar dan mendirikan shalat maka hati itu akan dipenuhi bintik hitam yang pada akhirnya akan menutupi seluruh hatinya menjadi hitam legam penuh kegelapan.
Allah meletakan tutupan diatas hati orang yang tidak pernah beristighfar, shalat dan tidak peduli dengan peringatan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Kahfi ayat 57
57. Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (Al Kahfi 57)
Hati atau qalbu merupakan bagian utama dari kehidupan manusia  .   Nabi besar Muhammad Saw, bersabda, Didalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik maka baiklah keseluruhannya. Apabila rusak, rusaklah semuanya. Dia adalah Qolbu (hati).”
Hati atau qalbu itu terletak didalam dada manusia , keberadaannya bisa dirasakan oleh setiap orang , namun secara fisik masih belum jelas bentuknya. Ada yang menduga qalbu itu adalah jantung. Jika seseorang sedang merasa  sedih atau kecewa dia akan mengusap dadanya, sebagai tanda bahwa qalbu atau hatinya amat tertekan.
Hati atau qolbu yang sakit dan kotor.
Hati yang rusak dipenuhi berbagai penyakit seperti syirik, dengki, kafir, munafik, kikir, dendam, kecewa, gelisah, amarah dan lain sebagainya. Allah menyatakan ini dalam surat Al baqarah 10
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(Al baqarah 10)
Orang yang hatinya dipenuhi berbagai kotoran dan  penyakit hidupnya akan dirongrong berbagai masalah dan kesulitan yang tidak pernah habis. Didunia hidup menderita dan di akhirat akan lebih menderita lagi.
Hati yang dipenuhi penyakit menyebabkan seseorang tidak bisa berfikir dengan tenang dan jernih dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Suasana hati yang sakit akan terlihat dari sikap perilaku dan cara berbicara seseorang. Keberadaannya selalu menimbulkan problem dan masalah bagi lingkungannya, sehingga dia sulit diterima oleh lingkungan . Inilah yang menyebabkan berbagai kesulitan pada dirinya.
Hati dan qolbu yang  sehat dan bersih .
Hati dan qolbu yang sehat dimiliki oleh orang yang beriman, tawakkal, bertakwa, sabar, ikhlas , jujur, amanah, dan selalu berdzikir mengingat Allah dimanapun dia berada. Berbahagialah orang yang selalu berusaha membersihkan hatinya dari berbagai penyakit.
Orang yang hatinya sehat dan bersih dijamin Allah hidupnya didunia dan akhirat. Hati yang sehat dan jernih menyebabkan dia bisa berfikir dengan  tenang dan nyaman dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan, sehingga ia mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya  dengan mudah.
Kunci sukses hidup didunia dan akhirat adalah dengan menjamin hati tetap sehat dan bersih dari berbagai penyakit hati. Untuk membersihkan hati dari berbagai penyakit dibutuhkan kesabaran dan ketekunan .
Setiap saat syetan selalu berkeliling disekitar hati manusia membawa virus penyakit , yang siap dimasukan kedalam hati manusia. Orang yang lalai , tidak hati hati dan waspada terhadap tipu daya syetan serta lalai dari mengingat Allah , merupakan sasaran empuk bagi syetan untuk memasukan virus penyakit kedalam hatinya.
Hati yang sehat dan bersih menjadikan  orang yang bersangkutan dalam keadaan awas dan waspada, tidak mudah ditipu oleh syetan dan kehidupan dunia. Mereka bisa membedakan hal yang haq dan bathil dengan mudah. Jika diingatkan tentang perbuatannya yang keliru dia cepat sadar dan tidak keras kepala. Rasulullah telah mengingatkan hal ini dengan sabdanya:
” Andaikata hati bani Adam itu tidak dikelilingi syaitan , pastilah mereka melihat rahasia kerajaan langit” .
Allah juga mengingatkan hal i ni dalam surat Al A’Raaf ayat 201:
201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
 Usaha membersihkan dan menjaga hati dari berbagai penyakit
Untuk membersihkan dan menjaga hati dari berbagai penyakit yang dapat merusak kehidupan kita dibutuhkan usaha yang sungguh sungguh dan ulet, tidak bisa kita lakukan secara santai dan asal asalan. Iblis dan balatentaranya telah  bersumpah dihadapan Allah bahwa ia dan pasukannya akan menyesatkan semua anak cucu Adam, kecuali sedikit .
Iblis dan balatentaranya sangat serius melaksanakan ancamannya ini, karena itu mereka setiap detik berusaha memasuki hati dan fikiran manusia, memasukan berbagai penyakit yang mereka bawa. Orang yang lalai dan jauh dari Allah merupakan sasaran empuk bagi Iblis dan balatentaranya
Allah telah mengingatkan tentang  ancaman Iblis ini dalam surat Al ‘raaf 16-17
16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
Allah juga sudah menjawab tantangan dan ancaman Iblis ini dalam surat  Al Israak ayat 64-65, dan menjelaskan bahwa hamba Allah yang ikhlas tidak akan bisa dihasut dan dipedaya oleh iblis dan balatentaranya
64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka  65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga.”(Al Israak 64-65)

Genderang perang sudah ditabuh , saat ini kita berada ditengah medan perang dengan iblis dan balatentaranya, setiap detik mereka berusaha menggempur hati manusia, mengajak bermaksiat dan durhaka pada Allah. Mereka berusaha membujuk manusia untuk mencintai kehidupan dunia dan melupakan Allah serta  kehidupan akhirat. Orang yang lemah dan tidak punya semangant juang , pasti binasa.
 Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran dan penyakit  antara lain
 Menjaga mata dan telinga
Mata dan telinga merupakan jalan utama masuknya pengaruh dan informasi kedalam hati manusia. Apa yang didengar dan dilihat diolah oleh fikiran kemudian disimpan didalam hati.
Jika mata dan telinga banyak dicekoki informasi dan pengaruh  negatif , informasi itu akan dicerna dalam fikiran dan disimpan didalam hati . Mata sering melihat gambar dan video porno, melihat tindakan kejam dan brutal, menyaksikan berbagai kecurangan, melihat berbagai kemaksiatan serta pergaulan bebas yang jauh dari kegiatan dzikrullah. Telinga sering mendengar musik keras, hingar bingar, ucapan cacian  dan makian, umpatan dan keluh kesah, ajakan melakukan perbuatan tercela dan lain sebagainya.  Apa yang dilihat dan didengar itu akan disimpan didalam  hati menjadikan hati gelap dan cenderung melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Sebaliknya jika mata dan telinga banyak menerima informasi dan pengaruh positip, semua pengaruh dan informasi itu akan disimpan didalam hati. Mata digunakan untuk membaca al Qur’an dan buku ilmu pengetahuan, bergaul dengan lingkungan orang yang soleh, sering mendengarkan nasehat dan lantunan ayat suci al qur’an. Maka  hati orang itu  akan menjadi jernih dan bening, dan yang bersangkutan akan cenderung mengerjakan amal baik, beribadah dan selalu berdzikir mengingat Allah.
Menjaga mata dan telinga dari pengaruh dan informasi negatif , dapat menjenihkan hati dan mencegah yang bersangkutan dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Berdzikir setiap saat
Dalam surat Al A’laa ayat 14 -15 Allah mengingatkan beruntunglah orang yang membersihkan diri (hati)nya dengan banyak berdzikir mengingat nama Allah dan mendirikan shalat. Orang yang banyak berdzikir menyebut nama Allah didalam hatinya setiap saat akan selalu berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 152.
Allah akan menjaga hati dan fikirannya dari berbagai kotoran dan kecenderungan berbuat maksiat. Orang yang banyak berdzikir, tidak bisa didekati dan dipedaya oleh syetan. Hatinya merasa aman , nyaman dan tenrtam dengan mengingat Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Ar Ra’d ayat 28.
Dengan banyak berdzikir menyebut nama Allah didalam hati , maka  hati akan menjadi jernih dan bening, bersinar dan cahaya Ilahi yang akan terpancar dari wajah dan kehidupan orang yang bersangkutan. Panduan tatacara berdzikir didalam hati dapat dipeljari pada artikel “Aktivitas berdzikir dalam  hati ” di blog ini.
Membaca Al Qur’an
Kitab Al Qur’an merupakan kumpulan wahyu Ilahi yang menjadi cahaya dan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman pada Allah. Al Qur’an merupakan cahaya, petunjuk dan nasehat yang menuntun orang beriman menjalani kehidupan dunia yang penuh kepalsuan dan kebohongan.  Orang yang selalu membaca Qur’an dan menekuni setiap ayat yang dibacanya akan mendapat bimbingan dari Allah dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.
Dengan memahami Al Qur’an insya Allah hati menjadi jernih dan terang, sehingga mampu membedakan  antara yang hal yang benar dan salah antara yang hak dan yang bathil.
Memperbanyak istighfar
Istighfar mohon ampun pada Allah adalah usaha untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran dan dosa. Allah telah memerintahkan hal ini dalam surat Hud ayat 3 :
3. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (Hud 3)
Dengan banyak istighfar berbagai kotoran dosa yang menutupi hati akan lenyap dan terhapus  dari hati, sehingga hati jadi jernih dan bening. Hati yang tertutup kotoran dan dosa akan menjadi hitam dan gelap, tidak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil.
Dosa kecil yang dilakukan manusia diibaratkan debu yang menutupi badan, tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan dirinya dari debu yang ada dijalan. Untuk membersihkan  debu itu kita mandir 2 kali sehari semalam. Orang yang tidak pernah mandi tentu debunya akan semakin tebal menutupi seluruh tubuhnya , yang pada akhirnya akan mendatangkan berbagai penyakit bagi dirinya.
Demikian pula berbagai dosa kecil yang dilakukan seseorang , jika dibiarkan terus menerus tanpa mohon ampun pada Allah pada akhirnya akan menutupi seluruh hati hingga menjadi hitam dan gelap, sehingga tidak mampu lagi membedakan antara yang hak dan bathil. Hati yang gelap ditutupi dosa dan maksiat akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit dihati tersebut. Sebagaimana disebutkan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 10
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Al Baqarah 10)
Karena itu perbanyaklah istighfar untuk membersihkan hati dari kotoran dan dosa, hingga hati jadi bersih dan bening , mampu membedakan antara hal yang benar dan salah . Insya allah selamat hidup didunia dan akhirat.

Tembok pemisah antara Surga dan neraka.

Tembok pemisah antara Surga dan neraka.








Antara Taman syurga dan Neraka ada sebuah tembok pemisah yang amat tinggi. Tembok tersebut disebut Al A’Raaf. Diatas tembok itu ada sekelompok orang yang masih menunggu untuk masuk Syurga. Dari atas tembok itu mereka bisa melihat keadaan di Syurga dan Neraka dengan jelas.
Ketika mereka melihat kearah Neraka mereka merasa cemas dan takut kalau sampai dijebloskan kedalam Neraka itu. Merekapun berdoa agar tidak dimasukan kedalam neraka yang panas bergejolak itu. Ketika mereka melihat kearah Syurga mereka sangat berharap agar bisa masuk kedalam syurga dengan secepatnya, dan mereka berdoa pada Allah agar dimasukan kedalam  Syurga itu.
Setiap hari mereka disuguhi pemandangan melihat orang yang sedang bergembira ria di dalam taman Syurga menikmati berbagai macam kesenangan dan kegembiraan. Mereka hanya bisa  memandang saja namun tidak bisa ikuti menikmati kegembiraan tersebut. Dan setiap hari mereka juga  melihat penderitaan orang yang sedang disiksa didalam  Neraka jahanam, mereka mendengar teriakan pilu dan lolongan panjang dari mereka yang sedang disiksa didalam api Neraka. Mereka memandang semua itu dengan penuh kengerian.
Mereka terkatung katung diantara syurga dan Neraka bertahun tahun lamanya  sampai Allah mengizinkan mereka memasuki Syurga , yang hanya bisa  mereka lihat saja selama ini.
Siapakah mereka yang berada diatas tembok Al A’Raaf itu ?  
Diriwiyatkan oleh Khaitsamah bin Sulaiman dalam Musnad Khaitsamah dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah bersabda : Pada hari kiamat nanti setelah dipasang timbangan, lalu ditimbanglah amal keburukan dan amal kebaikan. Barang siapa yang bobot amal kebaikannya lebih berat  daripada amal keburukannya meskipun hanya selisih sebutir telur kutu saja, niscaya ia akan masyuk syurga. Dan barang siapa yang bobot  amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya , walaupun selisih sebutir telur kutu saja, niscaya ia masuk neraka. “ Seorang sahabt bertanya :” Wahai Rasulullah bagaimana orang yang bobot  amal kebajikannya sama dengan bobot amal keburukannya ?”  Beliau menjawab “Mereka itulah yang disebut Ashab al A’Raaf. Mereka tidak bisa masuk syurga kendatipun mereka sangat menginginkannya”
Ka’ab al Ahbar bercerita “ Ada sepasang teman akrab didunia, ketika sudah sama sama meninggal, salah satu diantara merekia melihat temannya sedang diseret ke Neraka. Karena kasihan   ia menghampiri temannya itu dan berkata” Demi Allah sebenarnya aku hanya punya satu sisa amal kebajikan saja yang bisa menyelamtkan aku dari Neraka. Tetapi baiklah , ambil saja itu untukmu, yang penting kamu selamat . dan untuk itu kita akan bersama sama menjadi golongan Ashab al A’Raaf” . Tetapi akhirnya Allah menyuruh Malaikat untuk membawa merekia berdua ke syurga.
Abu Hamid al Ghazali dalam kitabnya Kasyfu Ulum al akhirat mengatakan “ Pada hari kiamat kelak, seseoang dihadapkan pada Allah untuk ditimbang amal amalnya. Ternyata bobot timbangannya sama, sehingga ia hanya butuh satu kebajikan saja agar amal kebajikannya yang lebih berat. Karena merasa kasihan Allah berfirman padanya” Temuilah manusia dan carilah orang yang mau memberimu satu kebajikan saja, agar aku bisa memasukanmu kedalam syurga” Setela berjalan kesana kemari , ia belum juga menemukan orang yang mau menolongnya. Semua merasa keberatan karena masing masing membutuhkan amal mereka untuk menambah bobot amal kebajikannya.
Ketika hampir putus asa ia bertemu seseorang yang bertanya padanya” Apa yang sedang kamu cari” Ia menjawab” Hanya satu kebajikan, Aku sudah lalu lalang kesana kemari dan bertemu dengan ribuan orang, tetap tiodak ada seorangpun yang bisa menolongku.” . Orang itu berkata” Aku bertemu Allah hanya dengan membawa satu kebaikan saja, dan aku yakin itu tidak akan menolong nasibku, jadi ambil saja itu sebagai pemberianku padamu”. Dengan hati gembira iapun pergi. Allah bertanya padanya”Ada apa kamu keklihatannya sebnang dan gembira sekali ?, Ia menjawab “ Ya Tuhan ia telah sepakat menolongku” . Selanjutnya Allah memanggil orang yang telah memberikian  satu satunya kebajikan yang ia miliki itu dan berfirman” Bagaimanapun Aku  lebih dermawan daripada kamu. Sekarang gandenglah tangan kawanmu itu dan pergilah ke syurga.
Tembok Al A’Raaf itu diperuntukan bagi orang yang bobot timbangan kebaikannya sama dengan bobot keburukannya. Agar bisa masuk kedalam syurga mereka memerlukan tambahan amal kebajikan yang dapat mendorong mereka masuk kedalam syura walaupun amal itu hanya seberat telur kutu saja.  Setela amal ditimbang banyak orang yang bertebaran kesana kemari mencari tambahan amal untuk menambah timbangan amal kebajikannya.
Karena itu agar kita tidak terkatung katung diantara syurga dan neraka perbanyaklah timbangan kebaikan ketika masih hidup didunia ini. Kalimat dzikir seperti tahlil, tasbih, tahmid , takbir dan istighfar merupakan amalan yang dapat menambahkan timbangan kebaikan.
Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.” (Riwayat Muslim)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dua kalimat yang ringan untuk diucapkan, tetapi berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah Yang Maha Pengasih, yaitu: Subhanallah wabihamdi , subhanallahil adzim “Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Tuhan Yang Maha Agung”. (Shahih Muslim No.4860)
Berbagai amal sunah yang berupa kalimat dzikir dan tasbih itu amat membantu bagi seseorang di hari penimbangan amal. Ketika timbangan amal buruk  seseorang ternyata lebih berat dari amal baiknya , maka kalimat dzikir dan tasbih ini akan menambah timbangan kebaikan sehingga amal baiknya lebih berat dari amal buruknya. Demikian pula jika terjadi amal baik dan buruknya seimbang, maka kalimat dzikir dan tasbih yang diucapkannya itu akan memenuhi timbangan kebaikannya, sehingga ia terdorong masuk Syurga .
Kisah tentang orang yang berada diatas tembok Al A’Raaf itu disebutkan dalam surat al A’Raaf ayat 46-47
 46. Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun ‘alaikum.” Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). 47. Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu (Al A’Raaf 46-47)






Minggu, 27 Oktober 2013

ASal Usul Dan Sejarah Al Quran Kitab Suci Agama Islam

ASal Usul Dan Sejarah Al Quran Kitab Suci Agama Islam


 Al-Qur’ān (Arab: القرآن ) adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS.
Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.

Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri.
Dan pada kenyataannya kita bisa melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.

Nama Nama Lain AlQuran :
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.
Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
An-Nur (cahaya): QS(4:174)
Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)


Struktur dan Pembagian Al Quran


Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat).
Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr.
Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia.
Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah).
Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz.
Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan).
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu).
Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang).
Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

SEJARAH AL QURAN Hingga Berbentuk MUSHAF
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak.
Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Al-Qur'an tidak turun sekaligus.
Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.
Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin

Pada masa pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan.
Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar.
Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.
Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).

Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman.
Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami.
Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini?
Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain.
Ini hampir menjadi suatu kekufuran'.
Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?'
Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.'
Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya.
Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam.
Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa.
Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab.
Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh.
Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an.
Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi;
kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS

Terjemahan dalam bahasa Inggris
The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall

Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
Al-Amin (bahasa Sunda)

Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu.
Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut.
Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat.
Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

ADab Terhadap Al Quran
Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas.
Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.

Pendapat pertama
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu.
Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.

Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78.
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79.
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim.
Mereka mempercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci.
Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah:
"Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah."

Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya.
Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi:
Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek).
Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci” Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”

Hubungan Dengan Kitab Kitab Lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah.
Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut.
Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

Diambil dari Wikipedia Indonesia

Asal Usul Sejarah Agama Islam Secara Singkat


Asal Usul Sejarah Agama Islam Secara Singkat




Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo Eropa dengan kawasan Asia di timur.
Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.
Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh.
Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral.
Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi.
Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat ramai.

Masa Awal
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi).
Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan.

Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia.
Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib.
Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya.
 Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.

Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah.
Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam.
Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.

Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan.
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah.
Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.

Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang baik diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
 Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi.
Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak.
Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang "amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya.
Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.

Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu.
Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung.
Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.

Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk
"kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia.
Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.

Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa.
Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal pasha atau kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.


Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"),
yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah".

 Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad sebagai Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam.

 Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya.
Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad.
melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2).

Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya.
Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia.
Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Umat Islam juga meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah agama tauhid, dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni imannya) maka menjadikannya seorang muslim.
 Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as.
Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%).
Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu.
Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia.
Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat.
Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak.
Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Muhammad).
Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim yang tersebar di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.

Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%.
Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia.
 Beberapa pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara dengan mayoritas Muslim
Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.

Kesimpulan :
Islam Adalah Agama Terakhir sebagai Penyempurnaan.
Mempunyai Nabi Terakhir Yaitu : Nabi Muhammad SAW.
Kitab Suci :Al QUran
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid.
Ibadah yang biasa dilakukan di Masjid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.


DiAmbil dari Wikipedia Indonesia