Kamis, 17 Januari 2013

KAUM SABA DAN BANJIR ARIM

KAUM SABA DAN BANJIR ARIM

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr ( QS Saba' 15-16).
Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.
Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.
Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba adalah catatan tahunan keajadian perang yang ditinggalkan dari masa raja Asyiria Sargon II (722-705 SM). Sargon mencatat orang-orang yang membayar pajak kepadanya, ia juga menyebutkan bahwa raja Saba yaitu Yith'i-amara (It'amara). Catatan ini merupakan catatan tertulis tertua yang memberikan informasi tentang peradaban Saba. Namun belumlah tepat untuk menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Saba dirintissekitar 700 SM hanya dengan mendasarkan pada data ini saja, sangatlah mungkin bahwa kaum Saba telah hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang sebelum dicatat dalam catatan tertulis. Hal ini berarti bahwa sejarah Saba mungkin lebih tua dari yang disebutkan diatas. Dalam prasasti Arad-Nannar, seorang raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata "Sabum" yang diperkirakan berarti " negeri Saba".1 Jika kata ini berarti Saba, maka hal ini menunjukan bahwa sejarah Saba mundur ke belakang pada tahun 2500 SM.
Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang Saba biasanya mengatakan bahwa Saba memiliki sebuah kebudayaan seperti Phoenician, khususnya terlibat dalam kegiatan perdagangan. Menurut sumber ini, kaum Saba memiliki dan mengatur sejumlah jalur perdagangan yang melintasi Arabia selatan. Biasanya orang-orang Saba menjual daganganya ke Mediterania dan Gaza demikian juga melintasi Arabi Selatan, di mana mereka telah menapatakan izin dari raja Sargon II penguasa dari seluruh wilayah atau dengan membayar sejumlah tertentu pajak kepadanya. Ketika kaum Saba mulai membayar pajak kepada kerajaan Assyiria, maka nama mereka mulai tercatat dalam sejarah negeri ini.
Kaum Saba telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba, terdapat kata-kata seperti ; "mengembalikan", "mempersembahkan', dan "membangun"seringkali digunakan. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba. Namun hal ini tidak berarti bahwa angkatan bersenjata Saba adalah lemah. Bala tentara Saba adalah salah satu faktor terpenting yang memberikan sumbangan terhadap kelangsungan dan ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu yang lama tanpa keruntuhan.
Negara Saba memiliki tentara yang paling kuat di kawasan tersebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi (meluaskan wilayah) berkat angkatan bersenjatanya. Negra Saba telah menaklukkan wilayah-wilayah dari negara Qataban Lama yang memiliki tanah yang luas di benua Afrika. Selama abad 24 SM dalam ekspedisi ke Magrib, angkatan bersenjata Saba mengalahkan dengan telak angkaan bersenjata Marcus Aelius Gallus, seorang Gubernur di Mesir dari Kekaisaran Romawi yang sesungguhnya merupakan negara yang terkuat pada saat itu. Saba dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerapkan kebijakan yang moderat, namun mereka tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan kekuatan bersenjata jika memang diperlukan. Dengan keunggulan kebudayaan dan militer, negara Saba merupakan salah satu "super power" di daerah tersebut kala itu.
Kekuatan angkatan bersenjata Saba yang sangat hebat juga disebutkan di dalam Al Qur'an. Sebuah ungkapan dari komandan tentara Saba yang diceritakan dalam Al Qur'an menunjukkan rasa prcaya diri yang sangat besar yang dimiliki oleh tentara Saba. Sang Komandan berkata kepada sang ratu penguasa Saba ; "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuaan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat ( dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". ( QS an Naml 33).

Inscriptions written in the language of the people of Saba.
Ibukota dari Saba dalah Ma'rib yang sangat makmur, berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibukota ini sangat dekat dengan Sungai Adhanah. Titik dimana sungai bertemu Jabal Balaq sangatlah tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan alam ini, kaum Saba membangun sebuah bendungan di tempat dimana peradaban mereka pertama kali berdiri, dan sistem pengairan merekapun dimulai. Mereka benar-benarr mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tingi. Ibukotanya yaitu Ma'rib, adalah salah satu kota termodern saat itu. Penulis Yunani bernama Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, menyebutkan betapa menghijaunya kawasan ini.2
Ketinggian dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar (pen). Dua dataran ini dihubungkan sebagai " Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba.3 Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang menyebabkan kawasan ini sangat produktif.
Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun 542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya bendungan
Banjir Arim yang Dikirimkan Untuk Negeri Saba
Ketika kita mempelajari Al Qur'an serta membandingkannya dengan catatan sejarah tersebut diatas, maka kita akan melhat kesamaan yang sangat mendasar dalam hal ini. Temuan arkeologis dan juga catatan sejarah membenarkan apa yang dicatat dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan alam ayat berikut, kaum ini yang tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan. Banjir ini disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat sebagai berikut :
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. ( QS Saba' 15-17).
Sebagaimana ditekankan dalam ayat-ayat diatas, kaum Saba yang hidup di suatu daerah yang ditandai dengan keindahan yang luar biasa, kebun-kebun anggur yang subur. Terletak di jalur perdagangan, negeri Saba memiliki standar kehidupan yang tinggi dan menjadi salah satu kota yang terkenal di masa itu
Disebuah negeri dengan standar kehidupan dan keadaan yang sangatlah bagus, apa yang sehausnya dilakukan oleh Kaum saba adalah untuk "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya" sebagaiman disebutkan dalam ayat diatas. Namun mereka tidak melakukannya. Mereka memilih untuk mengakui kemakmuran negeri yang mereka miliki aalah kepunyaan mereka sendiri, mereka merasa bahwa merekalah yang membuat semua keadaan yang luar biasa tersebut. Mereka memilh untuk menjadi sombong daripada bersyukur dan menurut ungkapan dalam ayat tersebut dikatakan, mereka "berpaling dai Allah"…
Karena mereka mengaku bahwa semua kekayaan adalah milik mereka, maka merekapun kehilangan semua yang merek miliki.
Di dalam Al Qur'an, hukuman yang dikirmkan kepada kaum Saba dinamakan "Sail al-Arim" yang berarti "banjir Arim". Ungkapan yang digunakan dalam Al Qur'an juga menceritakan kepada kita bagaimana bencana ini terjadi. Kata "Arim" berarti bendungan atau rintangan. Ungkapan " Sail al-Arim" menggambarkan sebuah banjir yang datang bersamaan dengan runtuhnya bendungan ini. Seorang pengamat Islam telah menetapkan tentang waktu dan tempat kejadian ini dengan petunjuk yang digunakan dalam Al Qur'am tentang banjir Arim. Mawdudi menulis dalam komentaranya:
Dalam ungkapan sail al-Arim kata "Arim" diturunkan dari kata "airmen" digunakan dalam dialek Arabia selatan yang bearti "bendungan,rintangan" Dalam reruntuhan yang tersingkap dalam penggalian yang dilakukan di Yemen, kata ini tampaknya sering digunakan dalam pengertian ini. Sebagai contoh dalam prasasti Ebrehe (Abraha) yang dibuat oleh Habesh dari kerajaan Yaman , setelah dilakuakan restorasi terhadap dinding besar Ma'rib ditahun 542 dan 543 M, kata ini digunakan untuk pengertian bendungan waktu dan lagi. Sehingga ungkapan sail al-Arim berarti " sebuah bencana banjir yang terjadi setelah runtuhnya sebuah bendungan." " Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS Saba 16) . Setelah runtuhnya dinding bendungan , seluruh negeri digenangi oleh banjir . Saluran yang telah digali oleh kaum Saba dan juga dinding yang dibangun dengan mendirikan penghalang/perinrang antar gunung-gunung dihancurkan dan system pengairanpun hancur berantakan.Sebagi hasilnya, daerah yang semula berupa kebun yang subur berubah menjadi sebuah hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah seperti cheri dari tunggul pepohon kecil .4
Bawah (Reruntuhan bendungan Ma'rib yang tampak diatas adalah salah satu karya yang paling pentin dari kaum Saba. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan semua daerah pertaniannya dilanda banjir. Daerah itu dihancurkan dengan runtuhnya bendungan. Negeri Saba kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan dalam waktu yang tidak lama pula negeri ini dihancukan.
Bendungan Ma'rib yang telah mereka bangun dengan teknologi yang sangat maju, maka kaum Saba pun menjadi pemilik sistim pengairan yang luas dan maju. Tanah yang subur dan mereka usahakan dan penguasaan mereka atas jalur perdagangan memberikan mereka gaya hidup yang luar biasa dan yang mewah. Namun, mereka kemmudian "berpaling" dari Allah yang seharusnya mereka harus bersyukur atas semua kemurahan yang diberikan-Nya, Karenanya bendungan merekapun runtuh dan "banjir Arim" menghancurkan semua hasil pencapaian mereka.
Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim terjadi sebagaima disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya .5
Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut muali berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba kehilangan sumber pendapaan mereka yang paling penting dengan menghilangnya lahan pertanian mereka. Kaum yang tidak mengindahkan seruan Allah untuk beriman kepda-Nya dan bersyukur kepada-Nya, akhirnya diazab dengan sebuah bencana seperti ini. Setelah penghancuran yang disebabkan oleh banjir, kaum Saba mulai terpecah-belah. Kaum Saba mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arabia Selatan, Makkah dan Syria . 6
Dikarenakan banjir ini terjadi setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, peristiwa banjir Arim ini hanya disebutkan alam Al Qur'an.
Kota Ma'rib yang dulunya pernah dihuni oleh Kaum Saba, namun sekrang hanyalah sebuah reruntuhan yang terpencil, tidaklah diragukan lagi bahwa ini merupakan peringatan bagi mereka yang mengulang kesalahan seperti yang dilakukan kaum Saba. Kaum Saba bukanlah satu-satunya kaum yang dihancurkan dengan banjir. Dalam Al Qur'an surat Al Kahfi diceritkan tentang kisah dua orang pemilik kebun. Satu diantaranya memiliki kebun yang sangat mengesankan dan produktif seperti halnya yang dimiliki oleh kaum Saba. Namun merekapun membuat kesalahan yang sama sebagiamana halnya mereka, berpaling dari Allah. Ia berpikir bahwa anugerah yang dilimpahkan kepadanya "menjadi milik" dari diriya sendiri (dia sendirilah yang menyebabkan kesemuanya itu, bukan karena Allah):
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun , dan Kami alirkan sungai dicelah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayan yang besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia; "Hartaku lebih banyak dari hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.". Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim kepada dirinya sendiri; Ia berkata :" Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepda Tuhanku, pasti aku akan mendapat kembali tempat yang lebih baik daripada kebun-kebun itu". Kawannya (yang mu'min) berkata kepaanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: " Apakah kamu kafir kepada (Tuhan ) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?. Tetapi aku (percaya bahwa); Dialah Allah, Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu masya allah tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah ?. Jika kamu anggap aku lebih kurang daripada kamu dalam hal harta dan anak., maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripda kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebun-kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi". Dan harta kekayaanya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata : " Aduhai kiranya dahulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Disana pertolongan itu hanya dari Allah yang Hak . Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi Balasan. ( QS Al Kahfi 32-44).
Sebagaimana dapat dipahami dari ayat-ayat ini, kesalahan yang dilakukan oleh pemilik kebun adalah mengingkari keberadaan Allah. Meski ia mengingkari keberadan Allah namun sebaliknya ia mengira bahwa " meskipun jika dikembalikan kepada Tuhannya" ia akan mendapatkan balasan yang lebih baik. Ia yakin bahwa keadaan yang dialaminya, hanyalah tergantung dari kesuksesan usahanya sendiri.
Sebenarnya ini adalah berarti mempersekutukan Allah dengan orang/hal yang lain; mencoba untuk mengaku bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah dan hilangnya rasa takut seseorang kepada Allah, berpikir bahwa seseorang memiliki keagungan atas diriya sendiri, dan Allah dengan caraNya "menunjukkan kemurahan" pada seseorang.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Kaum Saba, hukuman mereka adalah sama - semua daerah kekuasaannya dihancurkan- sehingga mereka dapat memahami bahwa mereka bukanlah orang uang menjadi "pemilik " kekuatan namun hanyalah "berkat" kepada mereka …..

Al Qur'an menceritakan kepada kita bahwa Ratu Saba dan kaumnya " menyembah matahari selain menyembah Allah' sebelum ia mengikuti Sulaiman. Informasi yang didapat dari prasasti membenarkan kenyataan ini dan menunjukkan bahwa mereka menyembah matahari dan rembulan dalam kuil-kuil mereka, salah satunya tampak seperti gambar diatas. Dalam pilar/tugu nampak prasasti yang ditulis dalam bahas Saba .

NOTES
1. "Seba" Islam Ansiklopedisi: Islam Alemi, Tarihi, Cografya, Etnografya ve Bibliyografya Lugati, (Encyclopedia of Islam: Islamic World, History, Geography, Ethnography, and Bibliography Dictionary) Vol.10, p. 268.
2. Hommel, Explorations in Bible Lands, Philadelphia: 1903, p.739.
3. "Marib", Islam Ansiklopedisi: Islam Alemi, Tarihi, Cografya, Etnografya ve Bibliyografya Lugati, Volume 7, p. 323-339.
4.Mawdudi, Tefhimul Kuran, Cilt 4, Istanbul: Insan Yayinlari, p.517.
5. Werner Keller, Und die Bibel hat doch recht (Tbe Bible as History; a Confirmation of the Book of Books), New York: William Morrow, 1956, p.207.
6. New Traveller’s Guide to Yemen, p.43.

Rabu, 09 Januari 2013

Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan.

Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan.

Madinah adalah kota yang memiliki perkebunan kurma yang subur. Jika kita berkunjung ke kota Madinah, maka kebun kurma dapat kita jumpai sepanjang jalan. Menurut sejarah, yang pertamakali menanam pohon kurma di bumi adalah Anus bin Syits, cucu Adam alayhissalam. Di Madinah, yang pertamakali bercocoktanam kurma adalah masyarakat Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir. Sebagamana kita ketahui, Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir adalah dua komunitas Yahudi di Madinah.
Kebun kurma adalah asset penting bagi masyarakat Madinah. Makin luas kebun kurma seseorang, maka makin tinggi kedudukan sosialnya. Pada zaman Nabi, orang yang paling banyak hartanya adalah Abu Thalhah al-Anshari radhiyallahu anhu. Harta yang paling ia cintai adalah Bayraha, yaitu kebun kurma yang menghadap ke Masjid Nabawi. Rasulullah saw. seringkali masuk ke dalam kebun itu dan meminum air yang ada di dalamnya.
Dalam kitab Tafsir-nya, Ibnu Katsir menceritakan riwayat tentang kebun kurma Abu Thalhah. Ceritanya adalah Abu Thalhah mendengar bahwa telah turun wahyu kepada Rasulullah saw.,
‘Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfaq-kan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu infaq-kan, maka Allah sungguh mengetahuinya’. (al-Quran, surat Alu Imran/3: 92)
Lalu Abu Thalhah mendatangi Rasulullah. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Allah berfirman bahwa ‘kalian tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kalian mau menginfakkan sebagian yang kalian cintai’. Sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah Bayraha. Kini kebunku itu aku jadikan sedekah karena Allah, demi mengharapkan kebaikan dan kekekalan sedekah itu di sisi-Nya. Oleh karena itu, wahai Rasulullah, terimalah sedekahku ini sebagaimana yang diinginkan Allah’.
Rasullah saw. berkata, ‘Wah.. wah.. wah…, itu harta yang benar-benar menggiurkan. Aku sudah mendengar keinginanmu. Tapi, aku punya usul bagaimana kalau kau sedekahkan kepada kerabatmu saja?’
Abu Thalhah menjawab, ‘Baiklah, kalau begitu aku akan melaksanakan perintahmu, wahai Rasulullah’. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada kerabatnya dan keluarga besarnya.
Begitu pula dengan Abu Dahdah al-Anshari, yang memiliki kebun yang berisi 600 pohon kurma. Ketika ia mendengar bahwa telah turun wahyu, ‘Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda’ (surat al-Baqarah: 245), maka ia langsung mendatangi Rasulullah saw.
Sesampainya di hadapan Rasulullah saw., ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, benarkah Allah menginginkan pinjaman dari kita?’
Rasul menjawab, ‘Ya benar, wahai Abu Dahdah’.
Abu Dahdah berkata, ‘Sekarang, tunjukkan tanganmu wahai Rasulullah’.
Maka Rasulullah saw. menjulurkan tangannya, lalu Abu Dahdah memegangnya sambil berkata, ‘Sesungguhnya aku memberikan pinjaman kepada Tuhanku berupa kebun kurmaku’.
Lalu Abu Dahdah menuju kebun kurmanya. Sesampai di depan pintu kebunnya, ia melihat istri dan anak-anaknya sedang berada di dalamnya. Dari pintu kebun kurma, Abu Dahdah berseru, ‘Wahai istriku, keluarlah engkau, karena kebun ini sudah aku pinjamkan kepada Allah swt.’
Istrinya menjawab, ‘Baik, wahai suamiku. Sungguh, ini bisnis yang menguntungkan’.
Maka, keluarlah istri Abu Dahdah dan anak-anaknya dari kebun kurma itu.
Masya Allah, begitu dermawannya sahabat-sahabat Rasulullah saw. Jika kita ingin menghitung berapa banyak harta yang mereka infakkan di jalan Allah swt., maka datangilah penjual pohon kurma. Tanyakan berapa harga satu batang pohon kurma. Saat ini, harga pohon kurma sekitar 5 juta rupiah. Itu pun belum berbuah! Sekarang, kalikan dengan 600 batang pohon kurma. Jumlahnya: 3 milyar rupiah! Itulah infaknya Abu Dahdah.
Subhanallah, bisa jadi kita akan pikir-pikir untuk mengeluarkan infak sebesar itu. Meskipun kita tidak seperti Abu Talhah dan Abu Dahdah yang memiliki ratusan pohon kurma, namun kita masih bisa menanam pohon-pohon lain yang menghasilkan buah.
Rasulullah bersabda, ‘Jika seorang Muslim menanam sebuah pohon atau berkebun, kemudian buahnya dimakan manusia, binatang, atau lainnya, maka itu bernilai sedekah bagi yang menanamnya’ (Hadits, riwayat Muslim)
Islam mengajarkan kepada kita agar setiap nikmat yang kita miliki dapat dirasakan manfaatnya juga oleh makhluk lain. Oleh karena itu, apapun pohon-buah yang kita tanam di halaman rumah kita berbuah lebat, berikan sebagian buahnya kepada kerabat, tetangga, atau tamu kita. Selain itu pula, kita tidak perlu marah ketika buah pohon yang kita tanam dimakan serangga, burung, kampret, atau bahkan dicuri orang. Relakan, karena kita mendapatkan pahala darinya.
Ternyata, buah durian, mangga, jambu, salak, atau rambutan yang kita tanam di halaman rumah dapat menuntun kita menuju surga.
[ ]

Selasa, 08 Januari 2013

Siapakah Kita ?

Siapakah orang yang sombong?
Orang yang sombong adalah orang yang di beri penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan itu iaitu Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekelian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan langit pada TuhanNya kecuali jin dan manusia yang sombong diri.

Siapakah orang yang telah mati hatinya?
Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur’an, Hadits dan cerita2 kebaikan namun merasa tidak ada apa2 kesan di dalam jiwa untuk bertaubat.


Siapakah orang dungu kepala otaknya?
Orang yang dunggu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau lakukan ibadat tapi menyangka bahwa Tuhan tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya.

Siapakah orang yang kuat?
Orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan kemarahannya ketika ia di dalam kemarahan.

Siapakah orang yang lemah?
Orang yang lemah adalah orang yang melihat akan kemaksiatan di depan matanya tidak sedikit pun ada kebencian di dalam hatinya akan kemungkaran itu.

Siapakah orang yang bakhil?
Orang yang bakhil lagi kedekut adalah orang yang berat lidahnya untuk membaca shalawat keatas junjungan Rasulullah s.a.w.

Siapakah orang yang buta?
Orang yang buta adalah orang yang tidak mau membaca dan meneliti akan kebesaran Al Qur’an dan tidak mau mengambil pelajaran daripadanya.

Siapakah orang yang tuli?
Orang yang tuli adalah orang yang di beri nasihat dan pengajaran yang baik namun tidak diindahkannya.

Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu sholatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s.

Siapakah orang yang manis senyumanya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang di timpa musibah lalu dia kata “Inna lillahi wainna illaihi rajiuun.” Lalu sambil berkata,”Ya Rabbi Aku ridho dengan ketentuanMu ini”, sambil mengukir senyuman.

Siapakah orang yang menangis airmata mutiara?
Orang yang menangis airmata mutiara adalah orang-orang yang sedang bersendiri lalu mengingat akan kebesaran Tuhan dan menyesal akan dosa-dosanya lalu mengalir airmatanya.

Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak loba akan kenikmatan dunia yang sementara ini.

Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada sentiasa menumpuk-numpukkan harta.

Siapakah orang yang pandai?
Orang yang pandai adalah orang yang bersiap siap untuk hari kematiannya karena dunia ini berusia pendek sedang akhirat kekal abadi

Siapakah orang yang bodoh?
Orang yang bodoh adalah orang yang beriya-iya berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.

Siapakah orang yang maju dalam hidupnya?
Orang yang maju dalam hidupnya adalah orang-orang yang senantiasa mempertingkat ilmu agamanya.

Siapakah orang-orang yang mundur hidupnya?
Orang yang mundur dalam hidupnya adalah orang yang tidak memperdulikan akan halal dan haramnya akan sesuatu perkara itu.

Siapakah orang yang gila itu?
Orang yang gila itu adalah orang yang tidak sembahyang karena hanya dua syarat saja yang memperbolehkan akan seorang itu meninggalkan sembahyang, pertama sekiranya ia haid dan kedua ketika ia tidak siuman akalnya.

Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikkan.

Siapakah orang yang selalu ditipu?
Orang yang selalu di tipu adalah orang muda yang menyangka bahwa kematian itu berlaku hanya pada orang tua.

Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan saujana mata memandang.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya
.
Siapakah orang yang mempunyai akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah mengunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
###

Minggu, 06 Januari 2013

Wanita Penghuni Syurga

“Apabila seorang wanita telah melaksanakan sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga harga diri, dan taat pada suaminya maka ia dipersilahkan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai”. (HR. Ahmad)
Hadits di atas menyebutkan ciri-ciri wanita penghuni surga. Jika seorang wanita memahami hadits tersebut, seyogyanya ia tak perlu repot dengan pelbagai persoalan dan urusan. Isu persamaan gender yang dihembuskan kaum sekuler tidak akan berarti apa-apa bagi wanita yang berharap menjadi penghuni surga.
Sholat dan puasa merupakan kewajiban bagi setiap manusia beriman sebagai bukti pengabdian kepada Allah Swt. aturan dan ketentuannya telah ditetapkan dengan jelas. Hingga tak perlu dipersoalkan tentang jumlah, waktu dan cara pelaksanaannya.

Yang menjadi persoalan adalah sejauh mana kewajiban menjaga diri dan taat kepada suami dilaksanakan. Kewajiban itu memang termasuk ibadah ghoiru mahdloh yang mengenal kerelatifan. Tentu ada batasan-batasan yang tak mungkin dilampaui, suami sebagai kepala rumah tangga, wajib ditaati oleh istri sepanjang perintahnya tidak menentang aturan Allah Swt. Istri yang nusuz (membangkang), tidak mengindahkan perintah suami, merupakan tindak kedurhakaan. Sebab jika dengan landasan iman yang ada didadanya, sudah barang tentu keputusan diambil oleh suami yang sudah lewat pertimbangan-pertimbangan tertentu dan jauh dari tindakan kezaliman.
Sebenarnya, apabila seorang istri dengan penuh kepatuhan mentaati ajaran Islam, pekerjaan ini sudah memberatkan baginya. Tugas istri adalah mengurus rumah tangga. Segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya meski dilalukan dengan sebaik-baiknya. Istri berkewajiban pula melakukan pendidikan kepada anak-anak, agar mereka kenal aturan. Dengan demikian mereka tidak liar, brutal dan tak tahu diri. Ibulah yang harus mengambil alih peran sebagai penguasa di rumah tatkala suami pergi.
Begitupun sikapnya terhadap suami. Dia mesti bermuka manis, menyambut kedatangannya. Menghadirkan wajah cemberut, kusam adalah suatu yang tidak selayaknya, karena hal itu hanya akan menambah beratnya beban suami yang mungkin akan mengakibatkan ketegangan yang tak terselesaikan.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa pelbagai tindak penyelewengan seorang suami terkait erat dengan perlakukan yang diperolehnya dari sang istri sendiri. Boleh jadi memang ia tak memperoleh ketenteraman di rumah. Atau tak menjumpai suasana sejuk yang mampu menurunkan ketegangan yang ada dikepalanya. Atau istri memang tak bisa menjaga diri sepeninggal suami. Meskipun dengan penyelewengan itu suami tak mendapatkan apa yang diinginkan, namun setidaknya perasaannya telah terlampiaskan.
Meskipun tidak dijelaskan secara operasional sejauh mana pelaksanaan kewajiban itu, tapi setidaknya ada batas-batas tertentu yang tidak boleh dilewati. Secara gampang dapat disebutkan misalnya: tidak memberikan peluang kepada laki-laki selain muhrimnya memasuki rumah tanpa sepengetahuan suami. Keluar rumah tidak seorang diri, itupun atas seizin suami. Tidak memamerkan aurat, berlaku sopan sehingga tidak menimbulkan kebencian orang lain. Tidak pula pantas baginya berdandan, berpakaian dan bertingkah yang membuat laki-laki lain tergiur olehnya.
Mencari wanita dengan kualitas surgawi semacam ini merupakan pekerjaan yang teramat sulit. Karena boleh dikatakan kebebasan telah menjadi mode kaum wanita kita saat ini. Mereka semuanya berkeliaran lepas dari kontrol suami, bagi yang bersuami, bagi yang masih lajang juga lepas kontrol dari pengawasan orang tua.
Amanah untuk menjaga rumah, mendesain, dan menata lingkungan rumah tangga yang asri tidak menarik keinginan mereka lagi. Yang didambakan adalah kedudukan seiring dengan suami, bahkan mengambil peran ganda di luar rumah. Urusan-urusan dalam negeri diserahkannya kepada pembantu. Jadilah anak-anak mereka mencontoh pembantu yang mengasuh mereka. Terkadang anak-anak mereka lebih rindu kepada pembantu ketimbang kepada ibunya. Hal itu kerap terjadi ketika pembantu pulang mudik.
Memang, peran pembantu besar sekali, melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin; seperti mencuci pakaian, mengepel lantai dan membereskan barang-barang yang tidak pada tempatnya. Tetapi apakah mungkin ia akan mampu menangani pendidikan anak-anak dengan penuh kasih sayang sebagaimana seorang ibu? Dan mungkinkah ia melayani majikan seperti istri sendiri yang melakukannya? Inilah yang terabaikan selama ini, sehingga banyak suami tak betah tinggal di rumah. Anak-anak juga lebih senang keluyuran kesana kemari tak tentu arah dan tujuan. Kenakalan mereka tidak bisa dikendalikan. Itu semua bisa jadi karena tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, utamanya ibu.
Kenakalan itu merupakan ekspresi jiwanya, pemberontakan naluriahnya. Bahkan seakan menjadi rumus pasti, bahwa hilangnya kasih sayang di rumah akan membawa pengaruh terhadap tingkah lakunya di luar rumah. Penanganan untuk mengatasinya harus dimulai dari keluarga itu sendiri. Lewat ibu sebagai penanggung jawab langsung pendidikan anak-anak di rumah.
Alternatif pemecahannya, seorang istri harus menempatkan diri sebagaimana fitrahnya sebagai wanita. Mengambil tugas yang tidak teremban oleh fitrah dan kemampuan suami, menjadi tulang punggung dan mitra membina kehidupan yang serasi.
Selama suami berada dijalan Allah Swt., istri tak diperkenankan melanggar aturan suami, walau serendah apapun derajat suami dimatanya. Walaupun dia lebih pandai, lebih pintar, lebih kaya dengan segala kelebihan lainnya, adalah menjadi kewajiban baginya untuk senantiasa taat, pada suami.
Bagaimanapun juga kedudukan suami adalah pemimpin rumah tangga. Dialah yang berwenang terhadap segala keputusan. Kebenaran dan kekeliruan di dalam memimpin serta mengatur istri dan anak-anaknya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Sehingga istri harus memberikan pertimbangan, berkonsultasi terlebih dahulu kepada suaminya. Di sanalah letak kebahagian rumah tangga. Anak-anak yang sholeh, istri yang taat, suami yang setia, akan senantiasa menjadi penyejuk pandangan mata. Suasana yang demikian akan membuat suami lebih betah di rumah. Kemungkinan berbuat untuk macam-macam di luar rumah akan kecil, paling tidak dia akan tak tega melakukannya.
Istri yang mampu menciptakan suasana demikian dengan dilandasi iman adalah profil penghuni surga. Seorang wanita yang senantiasa sibuk mengurusi rumah tangganya, dan memenuhi kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya adalah istri berkualitas surga. Kiranya jangan sampai mengambil tugas lain, yang tak primer, sementara yang wajib terabaikan.