Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan.
Madinah
adalah kota yang memiliki perkebunan kurma yang subur. Jika kita
berkunjung ke kota Madinah, maka kebun kurma dapat kita jumpai sepanjang
jalan. Menurut sejarah, yang pertamakali menanam pohon kurma di bumi
adalah Anus bin Syits, cucu Adam alayhissalam. Di Madinah, yang
pertamakali bercocoktanam kurma adalah masyarakat Bani Qurayzhah dan
Bani Nadhir. Sebagamana kita ketahui, Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir
adalah dua komunitas Yahudi di Madinah.
Kebun kurma adalah asset
penting bagi masyarakat Madinah. Makin luas kebun kurma seseorang, maka
makin tinggi kedudukan sosialnya. Pada zaman Nabi, orang yang paling
banyak hartanya adalah Abu Thalhah al-Anshari radhiyallahu anhu.
Harta yang paling ia cintai adalah Bayraha, yaitu kebun kurma yang
menghadap ke Masjid Nabawi. Rasulullah saw. seringkali masuk ke dalam
kebun itu dan meminum air yang ada di dalamnya.
Dalam kitab Tafsir-nya,
Ibnu Katsir menceritakan riwayat tentang kebun kurma Abu Thalhah.
Ceritanya adalah Abu Thalhah mendengar bahwa telah turun wahyu kepada
Rasulullah saw.,
‘Kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menginfaq-kan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang
kamu infaq-kan, maka Allah sungguh mengetahuinya’. (al-Quran, surat Alu Imran/3: 92)
Lalu Abu
Thalhah mendatangi Rasulullah. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Allah
berfirman bahwa ‘kalian tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kalian
mau menginfakkan sebagian yang kalian cintai’. Sesungguhnya hartaku yang
paling aku cintai adalah Bayraha. Kini kebunku itu aku jadikan sedekah
karena Allah, demi mengharapkan kebaikan dan kekekalan sedekah itu di
sisi-Nya. Oleh karena itu, wahai Rasulullah, terimalah sedekahku ini
sebagaimana yang diinginkan Allah’.
Rasullah
saw. berkata, ‘Wah.. wah.. wah…, itu harta yang benar-benar menggiurkan.
Aku sudah mendengar keinginanmu. Tapi, aku punya usul bagaimana kalau
kau sedekahkan kepada kerabatmu saja?’
Abu Thalhah
menjawab, ‘Baiklah, kalau begitu aku akan melaksanakan perintahmu, wahai
Rasulullah’. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada kerabatnya
dan keluarga besarnya.
Begitu pula
dengan Abu Dahdah al-Anshari, yang memiliki kebun yang berisi 600 pohon
kurma. Ketika ia mendengar bahwa telah turun wahyu, ‘Siapakah yang
mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda’ (surat al-Baqarah: 245), maka ia langsung mendatangi Rasulullah saw.
Sesampainya di hadapan Rasulullah saw., ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, benarkah Allah menginginkan pinjaman dari kita?’
Rasul menjawab, ‘Ya benar, wahai Abu Dahdah’.
Abu Dahdah berkata, ‘Sekarang, tunjukkan tanganmu wahai Rasulullah’.
Maka
Rasulullah saw. menjulurkan tangannya, lalu Abu Dahdah memegangnya
sambil berkata, ‘Sesungguhnya aku memberikan pinjaman kepada Tuhanku
berupa kebun kurmaku’.
Lalu Abu
Dahdah menuju kebun kurmanya. Sesampai di depan pintu kebunnya, ia
melihat istri dan anak-anaknya sedang berada di dalamnya. Dari pintu
kebun kurma, Abu Dahdah berseru, ‘Wahai istriku, keluarlah engkau,
karena kebun ini sudah aku pinjamkan kepada Allah swt.’
Istrinya menjawab, ‘Baik, wahai suamiku. Sungguh, ini bisnis yang menguntungkan’.
Maka, keluarlah istri Abu Dahdah dan anak-anaknya dari kebun kurma itu.
Masya Allah,
begitu dermawannya sahabat-sahabat Rasulullah saw. Jika kita ingin
menghitung berapa banyak harta yang mereka infakkan di jalan Allah swt.,
maka datangilah penjual pohon kurma. Tanyakan berapa harga satu batang
pohon kurma. Saat ini, harga pohon kurma sekitar 5 juta rupiah. Itu pun
belum berbuah! Sekarang, kalikan dengan 600 batang pohon kurma.
Jumlahnya: 3 milyar rupiah! Itulah infaknya Abu Dahdah.
Subhanallah,
bisa jadi kita akan pikir-pikir untuk mengeluarkan infak sebesar itu.
Meskipun kita tidak seperti Abu Talhah dan Abu Dahdah yang memiliki
ratusan pohon kurma, namun kita masih bisa menanam pohon-pohon lain yang
menghasilkan buah.
Rasulullah
bersabda, ‘Jika seorang Muslim menanam sebuah pohon atau berkebun,
kemudian buahnya dimakan manusia, binatang, atau lainnya, maka itu
bernilai sedekah bagi yang menanamnya’ (Hadits, riwayat Muslim)
Islam
mengajarkan kepada kita agar setiap nikmat yang kita miliki dapat
dirasakan manfaatnya juga oleh makhluk lain. Oleh karena itu, apapun
pohon-buah yang kita tanam di halaman rumah kita berbuah lebat, berikan
sebagian buahnya kepada kerabat, tetangga, atau tamu kita. Selain itu
pula, kita tidak perlu marah ketika buah pohon yang kita tanam dimakan
serangga, burung, kampret, atau bahkan dicuri orang. Relakan, karena
kita mendapatkan pahala darinya.
Ternyata, buah durian, mangga, jambu, salak, atau rambutan yang kita tanam di halaman rumah dapat menuntun kita menuju surga.
[ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.kmentar yang mengarah ke tindakanspamakan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.