Biografi Nabi Ibrahim
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A’ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada 2.295 SM. Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama Namrudz bin Kan’aan. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi. Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Pesan Sponsor
Masa Remaja Nabi Ibrahim
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:” Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?”
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:” Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?”
Nabi Ibrahim Mencari Tuhan Yang Sebenarnya
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
Dalam alkitab (kitab kejadian)
menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam
yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia
berkata: “Inikah Tuhanku?” Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia
berkata pula: “Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang”. Kemudian
apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata:
“Inikah Tuhanku?” Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: “Demi
sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya
menjadilah aku dari kaum yang sesat”. Kemudian apabila dia melihat
matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: “Inikah
Tuhanku? Ini lebih besar”. Setelah matahari terbenam, dia berkata pula:
“Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang
kamu sekutukan (Allah dengannya)”. Inilah daya logika yang dianugerahi
kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai
kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.
Nabi Ibrahim Melihat Tanda Kekuasaan Allah
Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?.” Nabi Ibrahim menjawab:”Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?.” Nabi Ibrahim menjawab:”Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Allah mengabulkan permohonan Nabi
Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu
setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia
memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian
tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan
di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa
yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim
memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh
setiap bagian tubuhnya itu.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya
datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan
bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi
Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu
di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang
Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati
sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan
demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya
dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan
keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun
di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan
hanya kata “Kun Fayakun”, maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang
patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan
kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia
diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah
diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang
mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal
ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak
dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian
atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada
berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi
musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru
kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya
berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang
menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka
rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya
kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot
matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang
ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya
telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan
mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut
kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan
marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki
namun seakan-akan tidak ada hubungan di antara mereka. Ia berkata kepada
Nabi Ibrahim dengan nada gusar: “Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari
kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau
berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah
engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak
menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan
usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah
engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu
rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku
menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau.”
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya,
pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku
anak terhadap ayah seraya berkata: “Wahai ayahku! Semoga engkau
selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan
tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan
aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.”
Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan
sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun memengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun memengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam
setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang
kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata
bahawa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah
alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang
kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka maka dalil dan
alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka hanya
meneruskan apa yang bapa-bapa dan nenek moyang mereka lakukan sejak
turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan
agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak
bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang
keras kepala dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti
nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada
satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara
persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah Nabi Ibrahim menasihati
mereka berkali-kali bahawa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan
tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian
merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata
yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa
berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi
mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan
kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar
kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai
keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang
terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang
cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan
kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua
penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai
menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak
turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di
rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang
dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia
turut serta.
“Inilah dia kesempatan yang ku
nantikan.” kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari
penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung
yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin
kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat
beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru
kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat
peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan
yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim,
mengejek:”Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan
bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu.” Kemudian disepak,
ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong
dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya
utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi
Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para
penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat
keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi
potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada
yang lain dengan nada hairan dan takjub: “Gerangan siapakah yang telah
berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan
persembahan mrk ini?” Berkata salah seorang di antara mrk:”Ada
kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek
persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan
yang berani ini.” Seorang yang lain menambah keterangan dengan
berkata:”Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya
orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan
hari suci dan keramat itu.” Selidik punya selidik, akhirnya terdpt
kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan
dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai
membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang
tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara
marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut
agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka,
di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh
Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua
warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian
beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk
yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan
kepercayaan yang ia bawa, kalau di antara yang hadir ada yang masih
boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan
dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala
pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi
sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap
Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan
teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah
berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:”Apakah engkau yang melakukan
penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?” Dengan tenang dan sikap
dingin, Nabi Ibrahim menjawab:”Patung besar yang berkalungkan kapak di
lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung
itu siapakah yang menghancurkannya.” Raja Namrudpun terdiam sejenak.
Kemudian beliau berkata:” Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak
dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya
kepadanya?” Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,
maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato
membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan
mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan
nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:”Jika demikian
halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat
berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat
membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong
dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan
kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir
dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang
keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah
Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan
menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah
hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu.”
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan
pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim
harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina
dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada
rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:”Bakarlah ia dan belalah
tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya.”
Nabi Ibrahim di Bakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari
segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti
kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan
orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan
memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit
mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah
terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara
pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit,
berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman
atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi
yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar
oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu.
Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah
gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang
menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:”Hai api, menjadilah
engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.”
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan
sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu,
Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan
keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya
menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah.
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut
bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah
Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan
kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat
pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana
merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba
pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah
yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Orang ramai tercengang dengan keajaiban
ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak
perempuan Raja Namrud sendiri iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama
yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak
ramai bahawa tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini
telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk
membunuh puterinya itu. Puteri itupun meluru ke arah api yang besar itu
lalu berkata “Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku”. Puteri Razia pun
turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran
dia mengucap kalimah syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan
hati Raja Namrud semakin membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari
api tersebut beliau serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan.
Ini memberi peluang kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah,
bapanya Azaar serta anak saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja
Namrud dan tenteranya puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah
hilang. Selepas sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Nabi
Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah
kerana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu,
beliau berazam pula untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah
s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya,
telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk
terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak
daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan
dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan
imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam
penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para
pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa
pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.
Para Istri Nabi Ibrahim
Ketika Sarah ditawan Fir’aun untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut, dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak Hajar. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, Hajar adalah seorang putri bangsa Qibthi (Mesir).
Ketika Sarah ditawan Fir’aun untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut, dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak Hajar. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, Hajar adalah seorang putri bangsa Qibthi (Mesir).
Masih dalam buku berjudul Qishashul
Anbiya, disebutkan bahwa istri Ibrahim yang terkenal hanya dua,
sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal. Daftar lengkapnya
adalah:
• Sarah
• Hajar
• Qanthura
• Hajun
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir enam orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir lima orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
• Sarah
• Hajar
• Qanthura
• Hajun
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir enam orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir lima orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.kmentar yang mengarah ke tindakanspamakan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.