Nabi Ayyub adalah seorang bangsa Rum, beliau putra ‘Aish bin Ishak,
seorang Nabi, ibunya salah seorang putri Nabi Luth. Beliau termasuk
salah seorang laki-laki yang memiliki otak cerdas dan jenius. Beliau
rajin, berbudi luhur lagi bijaksana. Ayahnya adalah seorang yang
memiliki kekayaan, memiliki sejumlah besar hewan ternak, onta, lembu,
domba, kuda, keledai dan khimar. Tiada seorang pun yang membandingi
kekayaannya di negri Syam di masa itu. Setelah wafat, harta benda di
wariskan semua kepada Nabi Ayyub. Beliau menikah dengan Dewi Rahmah
putri Afrayim anak laki-lakinya Nabi Yusuf. Dari pernikahan mereka Alloh
menganugrahi 12 kali mengandung, setiap lahir 2 orang anak,
masing-masing putra dan putri.
Nabi Ayyub di utus oleh Alloh kepada kaumnya, yakni kaum Huran dan
Tih, beliau berbudi baik dan halus, sepanjang hidupnya tiada seorang pun
yang menyalahi dengan dusta dan ingkar, berkat kehormatan yang
diberikan oleh Alloh kepadanya dan ibu bapaknya. Beliau suka mendirikan
masjid-masjid dan menyampaikan syari’at-syari’at agama Alloh. Beliau
suka menyantuni anak-anak yatim bagaikan seorang bapak yang penuh kasih
sayang, terhadap para janda bagaikan seorang suami, demikian pula
terhadap rakyat kecil yang lemah bagaikan saudara kandung penuh cinta
kasih. Para pembantu yang mengurus tanaman dan buah-buahan di kebun dan
sawahnya, dipesankan kepada mereka supaya membiarkan bagi siapa saja
yang yang ingin memetiknya.
Dalam hal peternakan, setiap tahun terus meningkat, bahkan setiap
hewan mempunayi anak kembar-kembar, sekalipun demikian semua harta
kekayaan tidak mempengaruhinya sedikitpun, beliau pandai mensyukuri
nikmat pemberian Alloh, baik dalam hati maupun dicetuskan lewat
lesannya, bahkan beliau selalu memanjatkan do’a kepada Alloh, “Ya Alloh,
ini semua adalah pemberian-Mu kepada semua hambamu di lokasi penjara
dunia, sangat jauh dibandingkan dengan pemberian-Mu di sorga bagi ahli
karomah-Mu di negri penuh hidangan-Mu”.
Itulah pangkal penyebab timbulnya iri, drengki makhluk Alloh tiada
berbudi sebangsa Iblis. Iblis tidak terima dengan keberhasilan Nabi
Ayyub, suatu hari ia berkata, “Ayyub benar-benar sukses usahanya, baik
urusan dunia maupun akhirot. Untuk itu, ia harus dirusak salah satu atau
kedua-duanya”.
Pada masa itu, Iblis dapat naik ke langit tingkat tujuh, ia bebas
parkir di tempat mana saja sesukanya. Pada suatu hari ia naik seperti
biasanya, dan ditanya oleh Alloh,
“Hai makhluk terkutuk, tidakkah melihat hambaKu yang telah sukses dalam usahanya? Mampukah kamu mencontoh barang sedikit saja?”.
“Ya Tuhan, benar saja Ayyub tekun beribadah kepadaMu, sebab ia diberi
kelapangan rizki dan kesehatan jasmani, seandainya tidak demikian,
pasti ia pun enggan beribadah kepada-Mu, ia seorang hamba yang penuh
dengan kecukupan”. Jawab Iblis.
“Bohong kamu, sebab Aku tahu pasti bahwa ia benar-benar beribadah dan
bersyukur kepadaKu, sekalipun tiada kelapangan rizki baginya”.
“Ya Tuhan…. kalau begitu, aku ingin mengujinya, sampai sejauh mana ia
tidak lupa berdzikir dan beribadah kepadaMu, untuk itu berilah aku
kemampuan untuk menguasai dirinya!”. sahut Iblis.
Setelah terjadi perdebatan yang panjang, akhirnya Alloh memenuhi
tuntutan Iblis terkutuk, dengan catatan tidak pada jiwa dan lesan Nabi
Ayyub.
Sekembalinya dari langit, Iblis menelusuri pantai laut, ia berteriak
sekerasnya memanggil bangsa jin. Dengan waktu yang tidak lama semua
bangsa jin pun segera berhimpun, tiada seorang pun yang tersisa, baik
pria maupun wanita, semuanya mendekat di sisi Iblis, kemudian bertanya,
“Apa yang menimpa tuan besar?”.
“Kini aku memperoleh proyek besar, yang belum pernah diperoleh sejak
aku sukses menggulingkan Adam dari surga, yaitu memperdaya Ayyub, untuk
itu marilah kita kerjakan bersama-sama”.
Tanpa banyak pertanyaan, semua bangsa jin dengan caranya
masing-masing mulai bergerak memperdaya Nabi Ayyub. Mereka mengerahkan
seluruh pasukan yang ada, dan mengatur strategi. Rumah-rumah,
taman-taman, kebun-kebun dan sawah-sawah semua mereka hancurkan,
sehingga semua harta kekayaan Nabi Ayyub habis dimusnahkan Iblis dan
bala tentaranya.
Setelah berhasil menghancurkan semua harta kekayaan Nabi Ayyub, Iblis
menghampiri Nabi Ayyub yang sedang sholat di masjid dan berkata,
“Hai Ayyub, kenapa engkau tenang-tenang beribadah kepada Alloh,
padahal engkau dalam keadaan terancam bahaya. Tuhanmu telah mengirim api
dari langit yang membumi hanguskan seluruh harta kekayaanmu”.
Nabi Ayyub tidak menjawab sepatah kata pun pada omongan Iblis, bahkan
beliau memanjatkan doa kepada Alloh setelah sholat selesai, “Segala
Puji bagi Alloh yang telah memberi harta kekayaan kepadaku, kemudian
sekarang sudah saatnya Dia menarik kembali dari tanganku”. Setelah
berdoa kemudian beliau meneruskan lagi sholatnya.
Melihat keadaan seperti itu, Iblis merasa usahanya tidak berhasil dan
ia pulang dengan penuh kecewa, bahkan merasa terhina dan menyesal
akibat tindakan Nabi Ayyub.
Adalah Nabi Ayyub punya 14 orang anak, tujuh diantaranya putra, dan
tujuh putri. Setiap hari makan siang di rumah saudaranya, saat itu
berkumpul di rumah saudara mereka tertua (yakni Harmula), dan pasukan
syetan pun menyekap mereka dan melempari, hingga meninggal dunia semua
dalam satu meja makan, diantara mereka ada yang tengah menyuap makanan
dan ada pula yang memegang gelas minuman. Lagi-lagi Iblis menghampiri
Nabi Ayyub, yang tengah shalat. Sahut Iblis,
“Hai Ayyub, kenapa engkau tetap tekun beribadah pada Allah, padahal
Allah telah merobohkan rumahmu dan menimpa anak-anakmu, hingga binasa
seluruhnya?”.
Namun Ayyub tidak menjawab sedikitpun, bahkan ia menyempurnakan shalatnya. Setelah selesai sholat beliau berdoa,
“Segala puji bagi Allah Yang telah memberiku, dan menarik kembali
dariku”. Setelah berdoa Nabi Ayyub menambahkan, “Hai Iblis makhluk
terkutuk, ketahuilah bahwa seluruh harta dan anak-anak adalah fitnah,
ujian bagi pria maupun wanita, dan semua telah ditarik kembali oleh
Allah dari tanganku, hingga aku mampu bersabar dan tetap tekun
beribadah kepada Tuhanku”. Kembali Iblis pulang dengan penuh kecewa,
merugi serta terkutuk.
Namun Iblis tidak berputus asa, ia terus mengejar Nabi Ayyub,
lagi-lagi ia datang sewaktu Nabi Ayyub tengah melakukan shalat,
bertepatan Ayyub melakukan sujud, Iblis meniup hidung dan mulut, maka
mengembunglah tubuh Ayyub dan banyak berpeluh, hingga badan terasa
berat. Melihat keadaan itu Rahmah istrinya mencoba menghibur dan
mengingatkan Nabi Ayyub,
“Derita sakitmu ini adalah akibat kesedihanmu memikirkan hartamu yang
musnah dan bencana yang menimpa anak-anakmu, sedang kamu beribadah
terus menerus di malam hari, siangnya berpuasa, tak kenal istirahat
barang sesaat pun, lagi pula tak suka berhibur”.
Selang beberapa hari kemudian Nabi Ayyub diserang penyakit cacar
seluruh tubuhnya, mulai kepala sampai kaki, darah dan nanah mengalir
dari tubuhnya, dan ulat-ulat pun berjatuhan, akibatnya seluruh famili
dan kawan-kawan menyatakan cerai dan menghindarinya. Demikian pula dua
dari ketiga orang istrinya menuntut cerai secara resmi, kecuali dewi
Rahmah seorang istrinya yang setia melayani siang dan malam hari.
Tidak terbatas sampai di sini penderitaan Nabi Ayyub, kaum hawa
tetangganya menuntut Nabi Ayyub supaya angkat kaki dari kampungnya,
lewat istrinya, mereka berkata,
“Hai Rahmah, kami sangat khawatir kalau nanti penyakit suamimu
menular pada anak-anak kami, seharusnya ia disingkirkan saja dari
kampung kami, kalau tidak, kami akan memaksamu keluar”.
Mendengar perkataan tetangganya, Dewi Rahmah pun segera keluar,
pakaiannya dibungkus, lalu dibawa pergi sambil berteriak keras,
“Aduh, demikian berat penderitaan ini, kami harus mengembara dan
berpisah, mereka telah mengusir dari kampung dan rumah kami”.
Nabi Ayyub di gendong pada punggungnya, diiringi isakan tangis
istrinya, ia dibawa kesebuah lokasi bekas rumah yang sudah rusak,
tempat pembuangan sampah dan disanalah ia ditaruh. Baru beberapa hari
bertempat di situ, masyarakat sekitar melihat demikian itu kontan
mengusirnya juga, dan mereka tidak segan-segan mengerahkan
anjing-anjingnya untuk memaksa Nabi Ayyub dan istrinya keluar dari
lokasi tersebut. Dengan terpaksa dan diiringi isakan tangis Dewi Rahmah
pun membawa pergi Nabi Ayyub menuju suatu tempat yang jauh dari kampung.
Sesampainya disana Dewi Rahmah membuat sebuah gubug dari kayu dan
disitulah Nabi Ayyub di rawat. Keesokan harinya Dewi Rahmah pergi dan
datang dengan membawa alas tidur sebangsa tikar serta batu sebagai
bantalnya. Untuk mengambil air minum, Dewi Rahmah membawakan wadah air
yang biasa dipakai oleh para penggembala memberi minum ternak-ternaknya.
Suatu hari Dewi Rahmah berniat ingin menuju suatu dusun terdekat
untuk mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan untuk dibelikan
sesuap nasi, tapi Nabi Ayyub memanggilnya, “Hai Rahmah, kembalilah.. aku
menasehatimu, jika kamu hendak pergi menjauh dariku aku akan kamu
biarkan sendirian di tempat ini”.
“Janganlah tuanku khawatir, sebab tidak mungkin aku membiarkanmu
seorang diri, selama hayat dikandung badanku”. Jawab Rahmah dengan
lembut.
Akhirnya Dewi Rahmah berangkat menuju suatu dusun, dan diterima
sebagai karyawan pada suatu perushaan roti. Ia bekerja setiap hari pada
perusahaan roti berangkat pagi pulang sore untuk memberi makan Nabi
Ayyub. Lama kelamaan masyarakat dusun itu mengerti bahwa ia adalah istri
Nabi Ayyub, mereka pun berhenti tidak suka memberi makan padanya sambil
mengatakan,
“Menjauhlah dari kami…sebab kini kami merasa jijik padamu”.
Sambil menangis, Dewi Rahmah memohon kepada Alloh,
“Ya Alloh…Engkau melihat keadaanku ini, seolah-olah dunia ini berubah
menjadi sempit bagi kami, semua orang selalu menghina dan mengejek
kami, namun kami berharap janganlah Engkau menghina kami kelak di
akherat. Ya Alloh…mereka telah mengusir dari rumah kami di dunia, namun
kami berharap janganlah Engkau mengusir kami dari rumahMu kelak di
akhirat”.
Kemudian ia pun berangkat untuk menemui wanita istri perusahaan roti
itu, sesampainya disana, ia mengutarakan keinginannya pada wanita itu,
“Sungguh, suamiku saat ini tengah lapar, untuk itu perkenankanlah aku meminjam roti kepadamu”.
“Menjauhlah dariku secepatnya supaya suamiku tidak melihatmu, untuk
bisa mendapatkan roti, kamu supaya menyerahkan gelungan rambutmu
kepadaku”. Jawab wanita itu.
Dewi Rahmah memiliki 12 buah gelungan melembreh ke tanah, indah dan
bagus serupa dengan yang ditemukan oleh Nabi Yusuf pada Siti Zulaikhoh.
Wanita istri perusahaan roti pun datang dengan gunting untuk memotong
gelungan rambut Dewi Rahmah, kemudian di tukarkan dengan empat potong
roti.
Dewi Rahmah merasa bersalah dengan tindakannya itu, dalam hatinya
mengatakan… “Ya Alloh, tindakanku ini semata-mata berbakti kepada
suamiku untuk memberi makan nabiMu dengan menjual gelunganku”.
Setelah tiba di rumah, Nabi Ayyub melihat roti segar di tangan
istrinya, beliau pun menaruh perhatian dan menyangka jangan-jangan
istrinya telah menjual dirinya, “Hai istriku, kamu bisa membeli beberapa
potong roti dapat uang darimana?”, Demi Alloh, jika Alloh memberiku
kesembuhan, aku akan memukul dirimu sebanyak 100 kali”.
Dewi Rahmah tidak menjawab dengan kata-kata, ia membuka kerudungnya
dan memperlihatkan pada Nabi Ayyub, rambutnya habis dijual untuk membeli
makanan.
Sambil meneteskan air mata Nabi Ayyub mengadu kepada Alloh,
“Ya Alloh, telah lenyap upayaku hingga mencapai suatu masalah bahwa
seorang istri nabiMu telah menukarkan rambutnya untuk membelanjai
diriku”.
Sambil memotong roti dan menyuapi Nabi Ayyub, Dewi Rahmah sedikit
menghibur pada suaminya, “Hai suamiku, kini janganlah bersedih, sebab
rambutku dapat tumbuh lebih bagus daripada yang semula”.
Sekujur tubuh Nabi Ayyub penuh dengan penyakit, sampai banyak
ulat-ulat yang memakan dirinya, setiap ulat jatuh dari tubuhnya, beliau
pun mengambil dan mengembalikannya ketempat semula pada dirinya sambil
mengatakan, “Makanlah pada apa-apa yang telah di rizkikan oleh Alloh
kepadamu”.
Daging pada tubuhnya sudah pada habis dimakan ulat-ulat itu, sehingga
kelihatan tulang-tulang, urat dan sarafnya. Ketika matahari terbit
menyinari, tembuslah sinarnya dari tubuh bagian depan sampai
punggungnya. Yang tersisa hanyalah hati dan lesan, sebab hatinya tidak
pernah sepi selalu bersyukur kepada Alloh dan lesannya pun selalu
berdzikir kepada Alloh. Keadaan sakit seperti itu beliau terima dengan
sabar dan tawakal serta tidak mengeluh sedikitpun selama 18 tahun.
Pada suatu hari Dewi Rahmah berkata kepada Nabi Ayyub,
“Engkau seorang Nabi yang terhormat di sisi Tuhanmu, alangkah baiknya
jika engkau memohon kepada Alloh agar menyembuhkan penyakitmu..”.
“Sudah berapa tahun masa senang kita..?” tanya Nabi Ayyub
“Sudah 80 tahun”. Jawab istrinya
“Sungguh malu rasanya jika aku berdo’a kepada Alloh, mengingat cobaan
yang telah menimpa diriku belum seberapa dibandingkan dengan kesehatan
dan kesenangan yang selama ini aku rakasakan”. Sahut Ayyub.
Waktu terus bergulir, sakit yang diderita Nabi Ayyub tidak semakin
membaik, dan ketika tiada lagi daging pada tubuhnya yang layak dimakan,
maka ulat-ulat pun saling memakan pada sesamanya, hanya tersisa dua ekor
ulat yang selalu mencari sisa-sisa daging pada tubuh Nabi Ayyub dan
tidak menjumpai daging sedikit pun. Salah seekor ulat yang sampai ke
hati dan memakannya, sedangkan seekor lainnya sampai ke lesan dan
mengigitnya pula.
Pada saat itulah Nabi Ayyub berdo’a kepada Alloh,
“Ya Alloh, sesungguhnya aku telah mendapat cobaan yang berat, dan sesungguhnya Engkau maha Pengasih dari segala pengasih”.
Do’anya Nabi Ayyub bukan berarti keluh kesah dan bukan berarti pula
menyimpang dari golongan orang-orang yang bersabar. Kesedihan Nabi Ayyub
bukan akibat harta dan anak-anaknya yang musnah binasa, namun rasa
takut terhenti dari bersyukur dan berdzikir kepada Alloh. Dan
seolah-olah beliau berdo’a, “Ya Alloh, sabarkanlah hatiku dalam menerima
segala ujian dariMu sepanjang hati terus mencintaiMu dan lesan
berdzikir kepadaMu, jika keduanya telah lenyap dariku, berarti
terhentilah cintaku dan dzikirku kepadamu dan aku bukan tergolong orang
yang bersabar”.
Kemudian Alloh menjawab,
“Hai Ayyub, kamu tidak usah bersedih sebab lesan, hati, ulat, sakit
semua adalah milikku. Sungguh 70 orang Nabi telah menuntut ujian macam
ini dariku, namun engkaulah yang Kupilih, untuk menambah kemulyaanmu
disisiku. Dan ini bagimu hanyalah cobaan bentuk lahir saja”.
Kesedihan Ayyub saat hati dan lesannya digerogoti ulat, sebab ia
senantiasa tafakkur dan berdzikir pada Allah. Akhirnya kedua ekor ulat
itu pun dijatuhkan oleh Allah dari tubuhnya, seekor menjadi lintah di
air yang dapat dibuat menyembuhkan orang sakit, sedang seekor lagi jatuh
di darat berubah menjadi lebah yang juga madunya dibuat obat bagi
manusia.
Kemudian Jibril datang dengan membawa dua buah delima surga, begitu melihat Jibril datang Nabi Ayyub langsung bertanya,
“ Hai Jibril, masih ingatkah Alloh kepadaku?”
“Tentu, bahkan Alloh kirim salam kepadamu dan menyuruh supaya engaku
makan dua delima ini, nanti penyakitmu bisa sembuh, daging dan tulangmu
bisa pulih kembali”. Jawab Jibril
Sesudah makan bua delima, Jibril berseru, “Hai Nabi Ayyub. Berdirilah dengan izin Alloh.”
Setelah Nabi Ayyub berdiri dengan tegak, Alloh memerintahkan kepada Nabi Ayyub, “Hai Ayyub, pukullah bumi dengan kakimu”.
Nabi Ayyub menuruti perintahnya Alloh, beliau memukul bumi dengan
kaki kanannya, seketika itu keluarlah air hangat dari dalam tanah
kemudian beliau mandi dengan air tersebut. Berikutnya beliau memukul
bumi dengan kaki kirinya, seketika itu keluarlah air dingin yang dapat
diminum olehnya. Dengan keajaiban Tuhan, segalah penyakit yang diderita
Nabi Ayyub lenyap, tubuhnya menjadi lebih bagus dari yang semula,
mukanya bersinar melebihi cahaya bulan.
Firman Alloh,
“Lalu Kami perkenankan do’anya dan Kami lenyapkan penyakit
berbahaya pada dirinya, dan Kami datangkan kepadanya seluruh keluarganya
semisal mereka, sebagai rahmat dari sisi Kami dan sebagai peringatan
bagi orang-orang yang beribadah”.
Semua anak-anak Nabi Ayyub meninggal dunia, setelah beliau sembuh
dari sakitnya, Alloh menghidupkan anaknya dan menambah anak semisal
dengan jumlah anaknya yang meninggal, yaitu tujuh orang laki-laki dan 7
orang perempuan sehingga jumlah seluruhnya menjadi 28 orang.
Kini Nabi Ayyub bisa berkumpul kembali dengan keluarganya dan
merasakan kebahagiaan yang telah lama hilang. Setelah itu Nabi Ayyub
mengambil dahan ranting kecil sebanyak seratus batang, lalu diikat
menjadi satu. Dewi Rahmah dipukulnya sekali untuk menghilangkan
sumpahnya ketika marah kepada istrinya beberapa waktu lalu. Selanjutnya
mereka hidup bahagia serta menurunkan Nabi-nabi dibelakang hari.
Demikian kisah ketabahan seorang Nabi yang menderita penyakit koreng
di sekujur tubuh selama 18 tahun. Ini sebagai contoh bagi orang-orang
yang beribadah, supaya mereka tahu bahwa setiap orang yang menetapi
barang haq pasti mendapat cobaan, dan supaya tahu tentang ujian terberat
adalah bagi para Nabi, kemudian para kekasih Alloh, selanjutnya
orang-orang yang semisal mereka. Untuk itu, petiklah dari mereka, baik
dalam hal amaliyah ataupun sikapnya yang penuh kesabaran. Dengan ini
pula dapat diketahui bahwa, “JALAN MENUJU ALLOH/KE AMALIYAH YANG BAIK
ADALAH LEBIH DEKAT DIBANDING PEMBERIAN YANG BAIK”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.kmentar yang mengarah ke tindakanspamakan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.