Suatu hari disebuah kerajaan besar dimuka bumi, berkumpul para
punggawa, mulai dari prajurit sampai menteri-menteri kerajaan memenuhi
panggilan sang Raja. Anehnya, tidak hanya bangsa manusia yang datang
memenuhi panggilan itu, tetapi juga banyak jin-jin serta burung-burung
berbondong-bondong berkumpul memenuhi balairung istana. Sang Raja yang
gagah perkasa duduk di singgasana sambil memandang mereka satu-persatu.
“MENGAPA aku tidak melihat Hud-hud? Tahukah kalian dimana dia?” tanya sang Raja memecah keheningan suasana.
Parapunggawa diam membisu sambil saling pandang satu sama lain.
Mereka memang tidak tahu menahu soal kepergian seekor burung yang
dimaksud oleh sang Raja. Maka sang Rajapun mengeluarkan sabdanya,”Dengar
wahai punggawa! Oleh karena Hud-hud tidak hadir tanpa seizinku, maka
sungguh aku akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, atau aku akan
memenggal kepalanya. Kecuali jika ia dapat memberikan alasan yang tepat
tentang kepergiaannya!”
Sulaiman bin Daud, itulah nama sang raja yang juga seorang Nabi
Allah. Allah telah memberinya anugerah yang luar biasa yaitu bisa
berbicara dengan burung-burung dan menguasai jin-jin. Selain itu Allah
juga memerintahkan angin supaya tunduk dan patuh terhadap Nabi Sulaiman.
Kemanapun Nabi Sulaiman hendak pergi, angin akan membawanya dengan
sangat cepat menuju tempat yang diinginkan. Demikian mukjizat dari Allah
yang menyertai Nabi Sulaiman dalam memimpin umat, memberantas
kebathilan dan menegakkan kebenaran dimuka bumi.
Nabi Sulaiman sangat dekat dengan punggawa maupun rakyatnya. Pada
waktu-waktu tertentu di kumpulkannya para punggawa untuk diminta saran,
pendapat maupun keluhan-keluhan mereka. Perhatian Nabi Sulaiman yang
begitu besar tersebut menjadikan hapal satu persatu seluruh nama
pengikutnya. Sehingga kalau ada salah satu dari mereka tidak datang
memenuhi panggilannya, pasti Nabi Sulaiman akan mencarinya. Seperti yang
terjadi pada burung Hud-hud.
Selang beberapa saat setelah Nabi Sulaiman menjatuhkan sabdanya pada
Hud-hud, tiba-tiba Hud-hud datang dan bersimpuh dihadapan Nabi
Sulaiman. ”Ampun paduka, sebelum paduka menghukum hamba, perkenankan
hamba untuk menyampaikan berita yang belum pernah paduka dengar
sebelumnya,”
Katakan, berita apa yang kau bawa?”
“Hamba baru saja datang dari negeri Saba’. Sebuah negeri yang kaya
raya, dipimpin seorang Ratu berparas Cantik rupawan. Dia memiliki
singgasana yang besar dan indah, panjangnya 80 hasta, lebarnya 40 hasta
dan tingginya 30 Hasta. Para pengikutnya memanggilnya Ratu Bilqis. Akan
tetapi paduka, Ratu Bilqis dan pengikutnya telah terpedaya oleh syetan,
mereka menjadikan matahari sebagai tuhan mereka yang mereka puja-puja
setiap hari.”
“Mmm, benarkah?”
“Hamba tidak berdusta, paduka”
“Baiklah. Aku ingin membuktikan kebenaran perkataanmu. Berangkatlah
kembali ke negeri saba’ dengan membawa surat dariku. Berikan surat itu
pada Ratu Bilqis dan pengikutnya. Lalu dengarkan apa yang mereka
bicarakan setelah mereka membaca surat itu.”
Sesaat kemudian Hud-hud sudah terbang tinggi melewati pegunungan dan
hamparan padang pasir membawa sepucuk surat dari Nabi Sulaiman untuk
Ratu Bilqis. Hingga sampailah pada disebuah istana kediaman Ratu bilqis
yang sangat megah dan indah. Hud-hud terbang menerobos masuk kedalam
istana, lalu menjatuhkan gulungan surat yang dibawanya di hadapan sang
Ratu. Dengan serta merta Ratu memungut dan membaca surat itu di hadapan
para pembesar kerajaan Saba”.
“Dari Sulaiman. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang, janganlah kamu berlaku sombong terhadapku, dan datanglah
padaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Ratu Bilqis tertegun setelah membaca surat dari Nabi Sulaiman yang
seolah olah akan merebut negeri Saba’ dari kekuasaan Ratu Bilqis. Maka
berkatalah sang Ratu, “Wahai para pembesarku, berilah aku pertimbangan
dalam menghadapi masalah ini. Sebab aku tidak pernah memutuskan suatu
permasalahan sebelum meminta pendapat dan saran dari kalian.”
“Paduka Ratu, kita memiliki bala tentara yang besar dan kuat.
Pasukan-pasukan kita sangat terlatih dan pemberani. Kita siap menghadapi
tantangan itu. Namun demikian semua itu kembali pada keputusan paduka.
Oleh karena itu mohon kiranya paduka mempertimbangkan segala sesuatunya
dengan cermat sebelum paduka mengeluarkan perintah.”
“Wahai para pembesarku, walaupun kita semua telah siap berperang demi
membela keagungan dan kejayaan negeri kita, tetapi ketahuilah bahwa
peperangan hanya akan meninggalkan kepedihan dan kesengsaraan bagi
rakyat kita. Karena sesungguhnya raja-raja apabila menyerang suatu
negeri, niscaya mereka akan membinasakannya, dan menjadikan penduduknya
yang mulia jadi hina. Aku benci perang!”
“Lalu apa yang akan paduka lakukan ?”
“Kita akan mengirim utusan pada Raja Sulaiman dengan membawa hadiah sebagai tanda perdamaian. Kita tunggu saja hasilnya.”
Para utusan Ratu Bilqis yang membawa hadiah telah sampai di kerajaan
Nabi Sulaiman. Tetapi, apa yang terjadi? Nabi Sulaiman marah.
“Apakah Ratu kalian ingin menyuapku, bukan harta benda maupun
kekuasaan yang aku inginkan. Sebab segala sesuatu yang telah diberikan
oleh Allah kepadaku, jauh lebih baik dibandingkan apa yang diberikan-Nya
pada Ratu kalian. Sampaikan pada Ratu Bilqis, janganlah dia merasa
bangga karena memberiku hadiah seperti itu. Aku hanya ingin dia beserta
pengikutnya tunduk mengikuti ajakanku untuk menyembah pada Allah. Dan
katakan pada pimpinan kalian, kalau dia tidak mau menghadapku, aku akan
datang ke negerinya. Tetapi kedatanganku akan mengusirnya dari negeri
itu dan mereka menjadi tawananku yang hina!”
Para utusan Ratu Bilqis pulang dengan perasaan kecut demi mendengar
ancaman Nabi Sulaiman. Sementara itu Nabi Sulaiman segera mengatur
siasat untuk memperdaya Ratu Bilqis. Nabi Sulaiman mengumpulkan para
pembesarnya.
“Wahai Para pembesarku! Siapakah diantara kalian yang sanggup membawa
singgasana Bilqis sebelum dia datang untuk menyerahkan padaku ?”salah
satu pembesar Nabi Sulaiman dari golongan jin, bernama ifrit
mengacungkan tangannya.
“Hamba sanggup mendatangkan singgasana Bilqis kehadapaan paduka
sebelum paduka beranjak dari singgasana paduka. Karena hamba memiliki
kekuatan yang besar untuk mengangkatnya. Percayalah pada hamba,”
Seluruh mata yang hadir dalam pertemuan itu tertuju pada ifrit.
Mereka kagum dengan kesanggupan ifrit yang luar biasa. Ashof bin
Barkhiya seorang juru tulis Nabi Sulaiman yang ahli ibadah mengacungkan
tangannya dan berkata dengan kalem,
“Wahai Nabi Allah. Hamba Insya Allah akan membawa singgasana Bilqis kehadapan paduka dalam sekejap mata”
“Benarkah?”
Ashrof menengadahkan kedua tangannya keatas memohon pertolongan Allah
seraya berkata, “Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan!
Tuhan kami dan Tuhannya segala sesuatu.Tidak ada tuhan kecuali Engkau.
datangkanlah pada kami singgasana Bilqis!”
Keajaiban terjadi. Bagian sudut balairung istana yang tadinya kosong
kini telah terpenuhi singgasana Bilqis yang megah bertatahkan emas dan
berlian. Semua terkesima melihat kejadian itu. Namun Nabi Sulaiman
segera menyadarkan mereka,
“Ini semua adalah karunia dari Allah dan sebagai cobaan bagi kita
apakah kita tergolong orang yang bersyukur atau justru malah sebaliknya.
Wahai para pembesarku! Kini singgasana Bilqis sudah berada dalam
kekuasaan kita. Ini adalah merupakan satu kemenangan bagi kita. Tetapi
tidak berhenti sampai disini. Sebelum Bilqis tiba dinegeri kita,
rubahlah bentuk singgasananya. Aku ingin tahu, apakah dia masih
mengenali singgasananya atau tidak”,
Nabi Sulaiman bermaksud menyadarkan Ratu Bilqis bahwa apakah memiliki
arti kecantikan, kemewahan dan kekuasaan, sedangkan hati dan pikirannya
terbelenggu oleh tipu daya syetan, sehingga matahari dianggapnya
sebagai tuhan. Betapa sempurna kenikmatan hidup didunia, jika kemewahan
dan kekuasaan yang telah dimiliki disertai dengan hati yang iman dan
diliputi dengan rahmat serta pengampunan dari Allah. Nabi Sulaiman
berniat menjadikan Ratu Bilqis sebagai permaisuri yang akan
mendampinginya dalam memperjuangkan dan menegakkan panji-panji tauhid di
muka bumi.
Tetapi kemudian tersiar ‘gosip’ dikalangan para jin pengikut Nabi
Sulaiman bahwa tumit betis dan Ratu Bilqis dikabarkan mirip bertis
khimar. Nabi Sulaiman segera mengambil inisiatif. Diperintahkannya para
jin untuk melapisi kaca pada lantai ruangan yang akan dipergunakan
menjamu Ratu Bilqis. Pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam waktu
singkat. Sebuah ruangan yang ditata sedemikian indah, dengan lantai
terbuat dari kaca bagai sebuah kolam dengan airnya yang bening.
Tibalah pada saat yang di tunggu-tunggu. Ratu Bilqis dikawal oleh
para pembesar negeri Saba’ datang memasuki istana Nabi Sulaiman. Nabi
Sulaiman mempersilahkan Ratu memasuki balai rung istana dan menunjukan
sesuatu yang berdiri megah ditengahnya. “Wahai Bilqis, apa betul ini
singgasanamu?”
“Sepertinya ini memang singgasanaku. Tapi bagaimana bisa sampai disini?”
“Wahai Bilqis. Ketahuilah, tuhan yang patut disembah adalah Allah.
Tuhan yang maha Esa. Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Dialah yang
menghidupkan dan mematikan. Dialah yang mengutusku sebagai Nabi
pemimpin umat dimuka bumi ini. Dan atas kekuasaan Nya singgasanamu
sampai disini. Tinggalkan menyembah matahari. Mulailah menyembah pada
Allah Tuhan seluruh alam.”
Kemudian Nabi Sulaiman mempersilahkan sang Ratu memasuki sebuah
ruangan yang telah disiapkan untuk menjamu. Pertama kali yang dilihat
Ratu Bilqis dalam ruangan itu adalah kolam yang luas dengan airnya yang
bening. Karena takut gaunnya basah terkena air, disingkapnya gaun indah
yang membalut tubuhnya sampai betisnya. Sehingga semua yang hadir dapat
melihat betapa indah betis sang Ratu, tidak seperti yang digosipkan oleh
mereka selama ini.
Berkatalah Nabi Sulaiman,”Wahai Bilqis, kau tidak perlu menyingkapkan
gaunmu. Sebab itu bukan kolam, melainkan lantai yang terbuat dari
kaca.”
Sekali lagi Bilqis telah terpedaya oleh Nabi Sulaiman. Dia merasa
telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena selama ini telah
memuja-muja pada tuhan selain Allah.
“Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku telah berbuat dzalim terhadap diriku.
Dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”
Sang Ratu telah sadar dan insaf kini raja Sulaiman bin Daud yang
gagah perkasa didamping oleh seorang permaisuri, Bilqis binti Syarohil,
terus berjuang mengemban amanat dari Allah untuk memberantas segala
bentuk kemusyrikan dan menyebarluaskan kebenaran hingga agama Allah
berdiri tegak dimuka bumi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.kmentar yang mengarah ke tindakanspamakan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.