Oleh M Husnaini
Sekiranya ada kata yang begitu akrab di telinga semua orang, itulah
rezeki. Tidak ada orang yang tidak mengharapkan rezeki. Bahkan, muara
dari hampir setiap usaha manusia adalah mencari rezeki. Pendidikan,
kedudukan, dan pekerjaan kerap dimaknai sebagai wasilah menuju rezeki.
Sayang, makna rezeki pada sebagian orang telah mengalami penyempitan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rezeki adalah segala sesuatu
pemberian Tuhan yang dipakai untuk memelihara kehidupan. Dengan
demikian, rezeki bukan melulu makanan dan uang. Masih banyak rezeki yang
kita terima bukan berwujud materi atau benda. Bahkan, menurut
Rasulullah, “dua nikmat (rezeki) yang sering dilupakan kebanyakan orang
adalah kesehatan dan kesempatan” (HR Bukhari).
Dalam hidup ini,
ada dua jenis rezeki yang diberikan Allah kepada manusia: rizqi kasbi
(bersifat usaha) dan rizqi wahbi (hadiah). Rizqi kasbi diperoleh lewat
jalur usaha dan kerja. Terutama jika menyangkut kekayaan dunia, rezeki
jenis ini tidak mensyaratkan kualitas keimanan penerimanya. Tidak jarang
kita jumpai orang yang ingkar kepada Allah tetapi hidupnya sukses.
Selain
sebagai hasil kerja, karena rizqi kasbi memang berasal dari sifat
rahman atau pemberian Allah. Rumusnya, siapa mau berusaha, dia akan
dapat. Karena itu, rezeki berupa kekayaan dunia tidak selalu
mencerminkan cinta Allah kepada pemiliknya. Juga karena kekayaan harta
memang tidak bernilai di hadapan Allah. “Sekiranya bobot kenikmatan
dunia di sisi Allah seberat sayap nyamuk, maka Dia tidak akan memberi
minum kepada orang kafir meski hanya seteguk air” (HR Tirmidzi).
Lain
dari itu adalah rizqi wahbi. Rezeki ini datangnya di luar prediksi
pikiran manusia. Kadang malah tidak memerlukan jerih payah. Pegawai
rendahan bisa saja memiliki harta melimpah. Kiai desa yang miskin papa
mendadak mendapatkan biaya haji dari pemerintah. Itulah rizqi wahbi.
Perolehannya lebih karena sifat rahim atau kasih sayang Allah.
Itulah
kenapa yang paling berpeluang mendapatkan rizqi wahbi adalah hamba yang
bertakwa. Kesuksesan orang bertakwa itu lebih ditentukan oleh kualitas
keimanannya daripada profesinya. “Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah
yang tidak dia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” (QS At-Thalaq: 2-3).
Seolah
mengonfirmasi ayat di atas, Rasulullah bahkan menyatakan, istighfar
secara rutin dapat mengundang rezeki dari arah yang tidak kita duga.
“Barangsiapa melanggengkan istighfar, Allah akan melapangkan
kegalauannya, memberikan solusi atas kerumitannya, dan memberikan rezeki
dari arah yang tidak dia sangka sebelumnya” (HR Ibnu Majah).
Tetapi,
sekali lagi, rezeki bukan melulu harta. Hidup dijauhkan dari
kemaksiatan adalah rezeki. Juga gairah untuk beribadah. Kemudahan
menyerap ilmu jelas rezeki. Kesempatan beraktualisasi diri juga rezeki.
Dan termasuk rezeki adalah ketika kita dihidupkan dalam lingkungan yang
baik. Apalagi memiliki keluarga sakinah. Banyak orang stress akibat
ditimpa problem keluarga. Seperti diingatkan Allah, “Wahai orang-orang
beriman, sungguh di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah terhadap mereka” (QS
At-Taghabun: 14).
Ayat di atas jelas menegaskan bahwa istri dan
anak potensial membuat hidup manusia merana. Harta yang melimpah tidak
mampu menghapus duka ketika badai rumah tangga melanda. Begitu juga
ketika penyakit mendera. Hidup kehilangan gairah. Berpenampilan serba
mewah tetapi hati selalu berselimut duka.
Mari meluruskan cara
pandang. Alangkah meruah rezeki yang telah kita terima. Limpahan rezeki
materi itu memang wajib disyukuri. Tetapi sungguh naif ketika bermacam
rezeki nonmateri justru kita ingkari. Hanya kepada Allah, senantiasa
kita langitkan doa agar diberikan limpahan rezeki berupa harta yang
halal, pasangan yang baik, anak-anak yang berbakti, rumah atau
lingkungan yang nyaman, dan kehidupan yang bertabur berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.kmentar yang mengarah ke tindakanspamakan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.